Cara Ritase Mengelola Generasi Milenial di Industri Logistik

marketeers article

Generasi milenial atau mereka yang lahir antara tahun 1980 hingga 2000, semakin nyata kehadirannya di masyarakat. Mereka terus mengisi mulai dari media sosial, peristiwa sosial-politik, dan dunia kerja. Perbedaan nilai, pandangan hidup, dan gaya hidup dengan generasi-generasi sebelumnya tentu perlu disiasati agar milenial sebagai talenta potensial dapat benar-benar menjadi aset potensial perusahaan.

Perusahaan rintisan (startup) marketplace truk logistik Ritase menjadi salah satu contoh perusahaan yang digerakkan oleh generasi milenial. Bahkan, perusahaan yang ingin memecahkan kesenjangan permintaan dan penawaran jasa angkutan truk ini dipimpin oleh generasi milenial.

Founder dan CEO Ritase Iman Kusnadi mengatakan, pendiri Ritase tidak secara sengaja menyiapkan startup yang memasuki tahun ketiga ini untuk milenial. “Kebetulan bisnis kami digital, jadi cocok dengan milenial,” ujar alumnus Universitas Parahyangan Bandung ini.

Menurutnya, milenial itu sulit ditebak karena mudah berubah. Selain itu, karena mereka sudah begitu lekat dengan teknologi dan internet, milenial sering berpikir instan. Dari pengalamannya, Iman membagi milenial menjadi dua, yaitu yang sudah punya visi dan misi tentang hidupnya, dan sebagian lainnya hanya ikut arus apa yang sedang hype di lingkungan pergaulannya atau media sosial.

“Pesan saya untuk milenial, dalam bekerja jangan cepat menyerah dan harus berani mengambil keputusan. Benar atau salah itu relatif, tetapi berani bertanggung jawab atas keputusan yang diambil kian penting. Dengan sendirinya, kalian akan menjadi individu dewasa dengan jiwa pemimpin. Terus berjuang dan bekerja keras adalah modal utama kesuksesan,” kata Iman.

Di sisi lain, VP Business Expansion Ritase Angeline Chandraatmadja yang kelahiran 1993 menjelaskan perbedaan bekerja di perusahaan besar dengan perusahaan rintisan. Bekerja di perusahaan besar, seperti menjadi bagian dari suatu mesin besar yang sedang bergerak dan semua sudah tertata di dalam satu sistem.

“Yang dikerjakan lebih banyak hal-hal rutin,” kata Angeline yang pernah bekerja di perusahaan logistik internasional. “Karena itu saya pulang ke Indonesia. Dengan niat bekerja di startup karena unik dan mendukung terjadinya perubahan di Indonesia.”

Menurut Angeline, bekerja di Ritase memberinya ruang untuk membangun perusahaan dengan cara yang ia pilih. Apalagi, di perusahaan ini banyak anak muda hingga hampir tidak ada resistensi untuk melakukan perubahan.

“Para founder di sini selalu bilang, ‘kamu niatkan belajar di sini.’ Kalau di industri yang sudah mapan semua bekerja sesuai urutan seperti a-b-c, tapi kalau di sini, kami ditantang mencoba dan bergerak sekreatif mungkin. Saya melihat Iman seperti itu. Punya nyali besar, berani ambil risiko, dan bikin inovasi,” kata Angeline.

Salah satu produk inovatif Ritase yang diluncurkan tahun lalu adalah transportasi multimoda (combined transport). Inovasi ini memadukan angkutan darat, air, dan udara di Indonesia dalam platform aplikasi (apps) marketplace logistik. Aplikasi ini akan mencari kombinasi angkutan yang tercepat dan termurah melalui sistem sehingga konsumen punya pilihan yang sesuai dengan kebutuhannya.

Keunggulan Ritase diperoleh dari perpaduan optimasi rute dengan proses yang efektif dalam menyesuaikan beban dengan truk sebelum beroperasi sehingga menghasilkan harga yang lebih efisien.

Kini Ritase bermitra dengan 600 perusahaan truk yang memiliki 13.000 armada dan melayani beberapa perusahaan fast moving consumer goods (FMCG) terbesar di Indonesia. “Ini dunia baru dan para milenial ini kelak akan jadi pemimpin. Ini saatnya membina mereka, megedukasi supaya bisa menjadi pemimpin yang baik,” tutup Iman.

Related