CarbonEthics Lakukan Konservasi Karbon Biru demi Perangi Krisis Iklim

marketeers article
CarbonEthics lakukan konservasi karbon biru | sumber: 123rf

Krisis iklim menjadi isu yang menjangkit semua negara di dunia. Meningkatnya suhu bumi akibat perubahan iklim memicu peningkatan permukaan air laut yang berdampak besar di daerah pesisir. 

Konservasi karbon biru menjadi solusi untuk menyerap karbon melalui ekosistem pesisir dan laut. Untuk menyelami langkah ini lebih dalam, CarbonEthics sebagai social enterprise telah mengepakkan proyek konservasi karbon biru di beberapa titik pesisir yang telah ada dalam masa kritis. 

CarbonEthics sendiri telah berdiri dari 2019 untuk melakukan reforestasi hutan mangrove di Indonesia sebagai ekosistem karbon biru. Selama empat tahun berjalan, hal utama yang dipelajari CarbonEthics adalah dukungan komunitas sosial menjadi penting untuk didapatkan demi dampak reforestasi yang maksimal.

“Reforestasi itu nggak bisa hanya menanam saja, karena ketika kita menanam saja dan komunitas sosial tidak diajak bersama, maka hasilnya akan nihil. Karena tujuan dari reforestasi ini adalah apa yang ditanam dapat bertahan hingga sepuluh dan 20 tahun untuk anak cucu kita. Siapa yang paling depan adalah komunitas lokal, kita engage dengan komunitasnya dan jaga komunikasi,” ujar Linda Hartono, Senior Brand Manager CarbonEthics saat ditemui di Planta Kitchen by Peresthu, Menara Astra, Jakarta pada Senin (25/09/2023).

Dengan begitu, proyek konservasi karbon biru yang dilakukan CarbonEthics sudah cukup banyak, mulai dari Pantai Indah Kapuk, Kepulauan Seribu, Karawang, Bali, Bintan, dan masih banyak lagi. 

BACA JUGA: Sustainable Living: Bersahabat dengan Bumi Demi Generasi Mendatang

Tahapan pertama yang dilakukan sebelum reforestasi adalah dengan menemui komunitas lokal, berdiskusi mengapa kerusakan mangrove dapat terjadi, dan mencari tahu apa kebutuhan sebenarnya dari masyarakat lokal. 

Tak hanya itu, pendampingan komunitas lokal yang dilakukan CarbonEthics juga berbeda-beda tergantung kondisi masyarakat di daerah tersebut. 

“Pilar kita ada tiga, yaitu lingkungan terjaga, komunitas lokal terangkul, dan biodiversitas kembali. Karena ketika hutan mangrove kita jaga, maka biodiversitas kita akan kembali. Hutan yang sebelumnya rusak akan menghilangkan biodiversitas sekitarnya, seperti ikan dan kepiting dan nelayan menjadi korban,” kata Linda.

Untuk dapat meningkatkan dampak dari aksi ini, CarbonEthics juga melakukan kerja sama dengan BRI melalui Carbon eXchange Rakyat (CXR), platform carbon trading berbasis blockchain yang dikembangkan oleh PT Bringin Inti Teknologi (BIT). 

Proyek konservasi karbon biru milik CarbonEthics ini telah listing di CXR dan masyarakat umum dapat membeli carbon credit untuk mendukung inisiasi yang dilakukan oleh CarbonEthics. Langkah yang dilakukan CarbonEthics ini perlu menjadi perhatian semua pihak mengingat Indonesia sendiri menjadi salah satu negara dengan potensi salah satu penyerapan karbon terbesar, biodiversitas terbanyak, dan ekosistem karbon biru yang mencapai 17% dunia. 

BACA JUGA: Sustainable Business: Peran Pelaku Bisnis dalam Mewujudkan SDGs

Editor: Ranto Rajagukguk

Related