Cegah Anti-Workplace Bullying, Unilever Gandeng Sudah Dong

marketeers article
Sumber: 123RF

Unilever Indonesia melanjutkan kolaborasi dengan Sudah Dong, komunitas anti-bullying dengan meluncurkan e-booklet bertajuk “Sadari, Kenali, Atasi Workplace Bullying,”. Ini merupakan penegasan komitmen berkelanjutan perusahaan untuk mengedepankan kesetaraan, keberagam, dan inklusi di tengah inklusi di tengah lingkungan kerja ataupun masyarakat.

E-booklet tersebut dapat diakses secara gratis. Adanya kolaborasi Unilever Indonesia dan Sudah Dong diharapkan dapat mendorong semangat dan komitmen masyarakat untuk memberikan fokus lebih dan melakukan aksi nyata melawan workplace bullying. Kampanye ini juga ingin merangkul semakin banyak perusahaan untuk memiliki sistem, struktur, dan kepemimpinan yang berpihak pada anti-bullying.

Keduanya melihat, workplace bullying adalah perilaku yang mengganggu atau menyakiti kesehatan fisik dan mental seseorang yang dilakukan secara terus menerus dalam bentuk kekerasan verbal, perilaku ofensif, ancaman, mempermalukan, mengintimidasi, hingga menyabotase suatu pekerjaan. Jika dibiarkan, workplace bullying menjadi bentuk intoleransi dan diskrimasi yang membudaya, bahkan dinormalisasi di tempat kerja.

BACA JUGA: Selain Tambah Investasi, Unilever Kampanye Positif Sawit RI ke Eropa

Kristy Nelwan, Head of Communication PT Unilever Indonesia, Tbk menyampaikan bahwa perusahaan memiliki strategi ‘The Unilever Compass’. Sejalan dengan strategi tersebut, perusahaan berupaya untuk terus berkontribusi alam mewujudkan masyarakat yang adil dan inklusif. Termasuk, dengan menerapkan prinsip zero tolerance untuk bullying di tempat kerja.

“Berpegang pada kode etik bernama Respect, Dignity & Fair Treatment (RDFT), kami ingin menindak tegas perilaku menyinggung, mengintimidasi, atau menghina. Termasuk, segala bentuk bullying atas dasar perbedaan ras, usia, peran, gender, agama, kondisi fisik, kelas sosial, hingga pandangan politik sekalipun,” kata Kristy.

Tindak lanjut serta aksi untuk menghentikan budaya yang toxic ini menjadi semakin penting, seiring dengan lapangan kerja yang mulai didominasi oleh milenial dan Gen Z. Apalagi, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Deloitte, memperlihatkan bahwa 46% milenial dan Gen Z di posisi senior memilih untuk menolak pekerjaan di lingkungan yang bertentangan dengan kode etik yang mereka pegang.

BACA JUGA: Dibanding P&G, Belanja Iklan Unilever Tertinggi di Tiga Negara Asia Pasifik

Tidak hanya itu, milenial dan Gen Z adalah generasi yang sangat mementingkan mental health di tempat kerja. Masih dari survei yang dilakukan oleh Deloitte menunjukkan bahwa hampir dari setengah milenial dan 54% Gen Z melaporkan diskrimasi di tempat kerja karena alasan ras, suku, dan gender. Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap mental health mereka.

“Oleh karena itu, menyediakan lingkungan kerja dengan budaya yang positif, termasuk bebas bullying dan diskriminasi adalah hal yang perlu diprioritaskan demi terwujudnya angkatan kerja masa depan yang lebih toleran dan inklusif,” tutur Kristy.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related