CEO Ayobantu Ungkap Potensi Crowdfunding untuk Donasi di Indonesia

marketeers article
Donation Concept. Woman holding a Donate Box for Giving. Sharity activity. Top View

Saat ini, perpindahan berbagai kegiatan ke dunia digital terus terjadi dan berkembang secara masif. Hal tersebut terlihat dari pertumbuhan penggunaan e-commerce. Namun, yang tidak kalah berkembang adalah aktivitas masyarakat mengumpulkan dana (crowdfunding) untuk berdonasi. Hal ini tampak dari pertumbuhan Ayobantu, platform donasi online yang berdiri pada tahun 2020.

Terlepas dari situasi yang dinilai membuat berbagai kalangan mengalami kesulitan. Keinginan untuk membantu orang lain terus ada dan inilah yang membuat platform besutan Agnes Yuliavitriani ini terus berkembang. CEO Ayobantu tersebut bahkan mengungkapkan potensi crowdfunding untuk donasi di Tanah Air.

“Tiap tahun, tren donasi terus meningkat terlepas dari situasi pandemi. Tahun ini, Ayobantu bahkan berhasil mengumpulkan sekitar Rp 1,6 mililar. Kami cukup senang dengan pencapaian hingga saat ini dan akan berusaha untuk terus meningkatkan jumlah Mitra Peduli, donatur, hingga merambah ke komunitas lain, selain olahraga,” tutur Agnes pada Marketeers XFEST 2022, sesi Loving People & Planet, Sabtu (26/03/2022).

Ia menceritakan bahwa saat pertama kali hadir, Ayobantu mendapatkan keraguan dari banyak pihak. Karena, mereka beranggapan kala itu orang-orang mengalami kesulitan dan terdampak pandemi. Lalu, bagaimana cara mereka membantu orang lain? Padahal mereka sendiri tidak punya budget untuk donasi.

“Justru dari komunitas yang saya ikuti di sana masih banyak orang yang mau melakukan kegiatan berbasis amal. Sehingga ini membantu tren donasi di Ayobantu terus meningkat,” jelas Agnes.

Tren positif yang diterima Ayobantu tampaknya sejalan dengan sejumlah temuan yang mengungkap bahwa masyarakat Indonesia dinilai peduli pada isu-isu sosial dan kemanusiaan. Ayobantu mengalami pertumbuhan donasi yang meningkat jauh hingga 300% dari tahun sebelumnya. Perusahaan mencatatkan total donasi mencapai lebih dari Rp 1,5 miliar pada tahun 2021.

How to be a sociopreneur?

Agnes menyadari bahwa banyak generasi muda yang ingin memulai menjadi sociopreneur dengan latar belakang kepedulian mereka terhadap masyarakat sekitar. Namun, tidak sedikit yang belum memulai karena tidak tahu harus mulai dari mana. Untuk itu, Agnes membagikan tiga poin utama yang perlu diperhatikan ketika ingin menjadi seorang sociopreneur.

Pertama, punya passion di bidang sosial. Agnes mengibaratkan apa yang dilakukannya di Ayobantu ini seperti berlari. Jadi, butuh napas panjang dan tidak boleh terburu-buru. Mereka yang ingin bergerak di bidang ini haruslah sabar. Seperti Ayobantu yang berawal dari kepeduliannya dan kegemarannya untuk melakukan donasi, Agnes secara bertahap membangun platform yang ada saat ini bersama timnya.

Kedua, perluas network. Memiliki teman yang banyak akan membantu di bisnis ini. Terlebih lagi, jika Anda memiliki teman-teman yang punya passion sama.

Ketiga, tim yang kooperatif dengan visi dan misi yang sama di bidang sosial. “Di Ayobantu, saya rasa berbagai pencapaian yang kami dapatkan adalah berkat kerja sama tim. Saya tahu tidak bisa mengerjakan semuanya sendiri,” jelas Agnes.

Lebih lanjut, ia kembali menegaskan bahwa para pebisnis yang ingin bergerak sebagai sociopreneur tidak boleh terburu-buru. Karena, akan sangat melelahkan menjalankan bisnis ini dengan tergesa-gesa. Sesuaikan pace dan yakinlah pelan tapi pasti untuk sampai ke garis akhir.

Related