Cetta Satkaara Gelar Pelatihan Pemulihan Trauma Bencana ke Para Guru

marketeers article
Renovation of an old cracked brick wall concept image with bandaid patch

Sepanjang tahun 2021 ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sudah 1.125 bencana alam terjadi di tanah air. Hal ini lantaran Indonesia yang berada di garis khatulistiwa serta tiga lempeng yaitu Eurasia, Indoasia dan Pasifik menjadi faktor pemicu seringnya terjadi bencana alam.

Bencana alam seperti gempa bumi atau tsunami memberikan dampak destruktif yang sangat besar bagi masyarakat. Hampir semua ranah terpengaruh bahkan lumpuh. Tak terkecuali pendidikan. Menurut data Kemendikbud per tahun 2017, terdapat 250.000 sekolah di Indonesia yang berada di wilayah risiko tinggi multi bencana. Ketika bencana melanda, bukan hanya bangunan sekolah yang roboh, kegiatan yang berkaitan pendidikan pun praktis terhenti.

Dampak bencana yang tidak kalah penting namun seringkali luput dari perhatian adalah gangguan kejiwaan (psikologis) pada anak atau biasa disebut trauma. Berbeda dengan biaya kerusakan secara sosial atau ekonomi yang dapat dihitung, dampak psikologis pada anak pascabencana tidak dapat diprediksi waktu, durasi serta intensitasnya.

Besarnya dampak trauma pasca bencana pada anak mendorong peran orang dewasa, dalam hal ini guru untuk turun tangan melakukan pemulihan. Hal tersebut juga yang melatarbelakangi Cetta Satkaara bersama Rumah Guru BK (RGBK) untuk mencetuskan program edukasi trauma healing pascabencana.

“Bantuan di ranah psikologis masih sering terlupakan, padahal banyak korban yang masih menyisakan trauma psikis berkepanjangan pascabencana.  Sebagian orang berfokus hanya pada luka fisik dan menekankan pentingnya kehadiran bantuan medis saat bencana terjadi. Belum banyak yang memahami bahwa ada luka emosional, terutama pada anak yang sama sakitnya dan butuh perhatian lebih untuk ditangani,” ujar Co-Founder dan Senior Advisor PT Cetta Satkaara Ruth Andriani, sebuah perusahaan konsultan komunikasi dan public relation.

Inisiatif ini diwujudkan dalam webinar, Pelatihan Psikososial dan Trauma Healing Bagi Tenaga Pendidik, beberapa waktu lalu. Webinar ini diikuti oleh 200 guru terpilih setingkat SD, SMP dan SMA Sederajat di seluruh Indonesia dan menghadirkan pembicara Christina Dumaria Sirumapea M.Psi.,Psikolog, Psikolog Klinis Dewasa dan Associate Assessor di TigaGenerasi serta Ana Susanti, M.Pd, Founder RGBK dan Widyaiswara di Kemendikbud RI.

Salah satu pokok bahasan penting yang disampaikan oleh Christina dalam paparannya adalah mengenai Psychological First Aid (PFA) bagi korban bencana. Perempuan yang akrab disapa Ina ini menjelaskan bahwa PFA dibagi menjadi empat landasan yakni prepare, look, listen dan link.

“PFA itu dukungan praktis layaknya kotak obat darurat yang bisa digunakan orang awam untuk membantu sementara dalam penanganan korban pasca bencana agar lebih tenang dan aman. Namun untuk tahap lanjutannya tetap harus ditangani oleh profesional yaitu psikolog atau dokter,” ujar Ina

Program Donasi Buku  

Tidak hanya para guru, Satkaara juga mengimplementasikan kepedulian terhadap dunia pendidikan melalui program, Donasi-Berbagi Buku, Berbagi Masa Depan. Untuk program ini, Satkaara menggandeng Kargo Baca sebagai penerima donasi yang akan mendisribusikan ke  beberapa taman baca di Jabodetabek.

Penggalangan buku donasi ini turut melibatkan para rekan media sebagai mitra utama dari Satkaara. Terkumpul 404 buku donasi bacaan anak usia 5-13 tahun. Penyerahan donasi buku dilakukan di Kampung Buku, Jakarta, bertepatan dengan Hari Buku Internasional pada Jumat, 23 april 2021. Agenda penyerahan donasi buku ini juga menjadi penutup dari rangkaian acara Satkaara Berbagi-Nine Years Of Sharing.

“Kami berterima kasih kepada rekan media, RGBK, Tiga Generasi, ISYF dan Kargo Baca untuk terlaksananya program Satkaara Berbagi-Nine Years Of Sharing. Semoga kegiatan ini dapat memberi sumbangsih yang bermanfaat bagi dunia pendidikan di Indonesia,” ujar Ruth.

Satkaara Berbagi yang telah hadir sejak 2012 merupakan implementasi nyata dari nilai care and respect sebagai landasan Satkaara dalam berkarya dan melayani. Sebuah program yang lahir dari keinginan tiap individu di Satkaara untuk berbagi. Berawal dari langkah sederhana namun memberi makna bagi kehidupan.

Di penyelenggaraannya ke-9 bertema Nine Years Of Sharing, Satkaara Berbagi mengkolaborasikan tiga kegiatan yaitu webinar Pelatihan Psikososial dan Trauma Healing Bagi Tenaga Pendidik  serta Public Speaking Itu Mudah! dan program Donasi-Berbagi Buku, Berbagi Masa Depan demi pendidikan Indonesia yang lebih baik.

    Related