Cina Bakal Relokasi Pabrik dari AS, Kemenperin Siapkan Kawasan Industri Batam

marketeers article
Ilustrasi pabrik pengolahan makanan. Sumber gambar: 123rf.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meminta para pengelola kawasan industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Batam agar bersiap merebut peluang jika terjadi relokasi pabrik Cina di Amerika Serikat (AS).

Adanya peluang relokasi pabrik makin besar setelah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS yang bakal menerapkan hambatan tarif (barrier tariffs) impor baru untuk seluruh produk yang berasal dari Negeri Tirai Bambu.

BACA JUGA: Isuzu Bantah Rencana Relokasi Pabrik ke Indonesia

Faisol Riza, Wakil Menteri Perindustria menjelaskan di Batam ada setidaknya 19 kawasan industri yang memungkinkan sebagai tujuan relokasi pabrik asal Cina. Dia menyebut Indonesia merupakan salah satu negara yang berpeluang besar mendapatkan limpahan pabrik dari AS memiliki stabilitas ekonomi, serta strategis lokasinya sebagai tujuan investasi.

“Ada beberapa sektor yang memiliki niat untuk relokasi. Oleh karena itu, persiapan dari masing-masing kawasan industri menjadi sangat penting. Selain elektronik, ada juga tekstil, alas kaki, dan otomotif yang rupanya melihat bahwa semakin sulit peluang untuk ekspor dari Cina langsung ke AS,” kata Faisol melalui keterangan resmi, Senin (20/1/2025).

BACA JUGA: RI Berpeluang Dapat Relokasi Pabrik Garmen dari Vietnam

Menurutnya, berbagai kawasan industri yang berada di KEK Batam cukup siap apabila tren relokasi itu nantinya terjadi. Salah satunya adalah Kawasan Industri Bintan Industrial Estate (BIIE), sebagai kawasan yang didesain khusus untuk industri halal.

Dengan luas mencapai 4.000 hektare (Ha), BIIE juga caberpeluang besar dikembangkan melalui relokasi perusahaan-perusahaan yang berasal dari Cina.

“Semua upaya relokasi ini dan kesiapan industri di KEK Batam ini dalam rangka memperkuat Indonesia sebagai negara yang bisa memproduksi barang-barang manufaktur, yang kita bangga dengan tulisan Made in Indonesia di setiap produk,” tutur Faisol.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS