CMO Club Edisi Ulang Tahun MarkPlus ke-21

marketeers article

The Jakarta Chief Marketing Officer (CMO) kali ini digelar dengan istimewa. Pasalnya, CMO ke-29 kali ini juga digelar dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun MarkPlus, Inc yang ke-21 yang jatuh pada 1 Mei. CMO edisi ulang tahun MarkPlus dan digelar di Mandarin Oriental Hotel, Jakarta  ini dihadiri oleh Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto selaku Ketua Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) yang akan memberikan Special Lecture bertajuk “”Monitoring National Priority and Debottlenecking Development Program: The Public Innovative Initiative.” Hadir pula Hooi Den Huan, Director Nanyang Technopreneurship Center, Nanyang Technological University, Singapura.

CMO ini juga diisi dengan peluncuran buku “Kotler-Kartajaya on Marketing: Books, Ideas, and Friendship, From Moscow to Bali.” Buku ini  berisi tentang CEO dan Founder MarkPlus Hermawan Kartajaya berjumpa dan berkolaborasi dengan Bapak Marketing Modern Philip Kotler—dari perjumpaanya di Moscow, kolaborasi penulisan lima buku, sampai  pembangunan Museum Marketing 3.0 di Ubud, Bali.

HUT MarkPlus, Inc ke-21 pada tahun ini boleh dibilang sangat spesial.  Pada bulan yang sama, tepatnya 27 Mei 2011, Professor Philip Kotler akan merayakan HUT ke-80 di Ubud, Bali. Pada hari yang sama, Philip Kotler dan Hermawan Kartajaya akan meresmikan museum marketing pertama di dunia, yakni Museum Marketing 3.0 di Ubud, Bali. Seperti yang dikatakan dalam buku Marketing 3.0: From Products to Customers to the Human Spirit (2010), karya patungan antara Prof. Philip Kotler , Hermawan Kartajaya, dan Iwan Setiawan,  untuk tetap berkelanjutan (sustainable), perusahaan tidak hanya melakukan inovasi produk dan memuaskan konsumen, tetapi juga memperhatikan spirit kemanusiaan dan nilai-nilai.

Sementara itu, dalam special lecture-nya, Kuntoro mengatakan Indonesia merupakan negara dengan 240 juta penduduk dan menjadi salah satu negara Asia yang masih mengalami pertumbuhan positif di tengah krisis ekonomi global. Di tingkat domestik, pasca Reformasi 1998, Indonesia mengalami tahap reformasi secara simultan, yakni reformasi politik, ekonomi, dan pemerintahan.

Ia menambahkan untuk tumbuh dan berkelanjutan, 80 persen investasi harus datang dari sektor swasta. Sektor swasta, sambung Kuntoro, akan berinvestasi hanya kalau segala hal dalam keadaan kondusif dan berjalan pada jalurnya. Bagi Kuntoro, tantangan dalam bentuk peraturan yang saling bertentangan maupun tumpang tindih, termasuk adanya kekosongan otoritas dan kurangnya koordinasi bisa menjadi hambatan dalam pencapaian tujuan pembangunan.

“Peran UKP4 tidak lepas dari program pemerintah berdasarkan visi kabinet SBY-Boediono 2009-2014 yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional,” kata Kuntoro.

Kuntoro menambahkan indikator keberhasilan peran UKP4 di akhir pemerintahan kabinet tahun 2014 adalah pertumbuhan ekonomi 7 persen dan penurunan angka kemiskinan sebesar 8-10 persen dan pengangguran sebesar 5-6 persen.

Selain itu, Kuntoro juga memaparkan bagaimana membangun sistem kontrol dan komunikasi antar daerah dan lembaga. Internet, sambung Kuntoro, sangat berperan di sini. “Internet telah membuahkan kontrol publik atau mendukung partisipasi pengawasan dari publik atas kinerja pemerintahan. Dengan bekal kamera berponsel dan terkoneksi internet, publik dengan cepat bisa menyampaikan laporan dan keluhannya,” kata Kuntoro. Dan, internet telah mendukung komunikasi yang efektif dan efisien— mengusung low budget high impact. Misalnya, sistem kerja yang tak menggunakan kertas lagi dan sebagainya.

Acara secara keseluruhan ditutup dengan lantunan lagu dari MarkPlus Choir.

Related