Coca-Cola Proyeksikan Penjualan Secara Global Naik 8% pada 2023

marketeers article
Minuman berkarbonasi Coca-Cola. Sumber gambar: 123rf.

Coca-Cola, perusahaan minuman berkarbonasi memproyeksikan penjualan secara global dapat naik sebesar 7%-8% sepanjang tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Proyeksi ini mempertimbangkan hasil positif yang diraih pada kuartal I tahun 2023.

James Quincey, Chief Executive Officer (CEO) Coca-Cola mengatakan proyeksi peningkatan juga terjadi pada kinerja saham perusahaan. Diperkirakan sepanjang tahun ini laba per saham meningkat sebesar 7% hingga 9%.

BACA JUGA: Naik 2,8%, Coca-Cola Raih Laba Bersih US$ 2,8 Miliar Meski Harga Naik

“Meskipun harga naik rata-rata 10% pada kuartal pertama, volume penjualan masih tumbuh sebesar 3% secara global. Hilangnya pasar Rusia diimbangi oleh pertumbuhan volume yang kuat di Cina dan India,” kata James dilansir dari retaildetail.eu, Kamis (27/4/2023).

Menurutnya, kondisi berbeda terjadi di pasar Eropa. Sebab, di sana terjadi kenaikan lebih dari 20% lantaran disebabkan terkendalanya rantai pasok akibat perang.

BACA JUGA: Investasikan Rp 556 Miliar, Coca-Cola Bangun Pabrik Daur Ulang Plastik

Adanya invasi dari Rusia ke Ukraina menyebabkan biaya transportasi dan bahan baku meroket. Kendati demikian, perusahaan tidak mengurangi penjualan di Eropa.

Secara pendapatan, kata James, Coca-Cola meraih peningkatan 5% pada kuartal I tahun 2023 (yoy). Tercatat, perusahaan peraih hasil penjualan sebesar US$ 11 miliar.

“Ini di atas ekspektasi analis, begitu pula keuntungan dan bahkan volume. Keuntungan naik menjadi US$ 3,11 miliar atau 2,8 miliar Euro,” ujarnya.

Sebelumnya, James menyebut ketidakpastian ekonomi yang masih menghantui kondisi dunia sekarang menyebabkan terjadinya kenaikan biaya produksi dan distribusi. Alhasil, harga jual Coca-Cola mengalami kenaikan sebesar 12%.

Kendati demikian, permintaan minuman ringan tidak terdampak dari kenaikan harga. Bahkan, permintaannya justru naik 4% pada kuartal III tahun 2022.

Coca-Cola bukan satu-satunya perusahaan multinasional makanan yang terus membukukan hasil yang kuat meskipun inflasi tinggi. Rekan industri PepsiCo dan Nestlé juga berhasil menaikkan harga kuartal terakhir tanpa dampak negatif pada volume penjualan.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related