COTTON DAY 2020: Pandemi Mendorong Transformasi Industri Tekstil

marketeers article

Merek dagang COTTON USA kembali mengadakan agenda tahunan yang mempertemukan para pelaku industri tekstil dan fesyen di Indonesia. Bertajuk COTTON DAY 2020, program ini menggunakan konsep virtual yang tidak hanya melibatkan pelaku industri di skala nasional melainkan juga skala global.

Menurut Dr. Andy Do selaku representatif Cotton Council International (CCI) yang menaungi brand COTTON USA di Indonesia, COTTON DAY 2020 – Indonesia membahas berbagai inovasi yang dirancang untuk mendorong bisnis perusahaan di era transformasi, termasuk paska pandemi COVID-19.

“COTTON DAY 2020 – Indonesia memberikan pengalaman dan pengetahuan baru bagi para pelaku industri tekstil, karena dapat berinteraksi langsung dengan pelaku industri global. Ajang ini juga bisa menjadi kesempatan untuk memperluas jaringan pasar mereka ke pelaku industri global secara langsung,” terang Andy Do.

Salah satu yang menarik perhatian, tahun ini COTTON DAY memamerkan berbagai inovasi baru seperti virtual fashion show dan virtual exhibition.

Senada dengan Andy, Chairman Cotton Council International Hank Reichle menyampaikan bahwa terdapat optimisme di kalangan pelaku industri garmen global paska ditetapkannya COVID -19 sebagai pandemi. Optimisme tersebut didasari oleh adanya perubahan perilaku konsumen terkait permintaan produk garmen yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Reichle menyampaikan bahwa dari data survey global U.S. Cotton Trust Protocol terkini, 54% pemimpin perusahaan brand garmen dan tekstil mengatakan bahwa mereka telah melihat tuntutan konsumennya akan praktek dan produk yang ramah lingkungan meningkat sejak awal pandemi Covid-19. Berdasarkan data yang sama, 59% responden percaya bahwa konsumen akan tetap memprioritaskan harga saat melakukan pembelanjaan.

“Dengan data tersebut, untuk memperkuat optimisme industri tekstil pascapandemi, tentu para pelaku industri tekstil perlu melakukan transformasi industri dengan mengadaptasi tuntutan konsumen terkait produk tekstil yang lebih ramah lingkungan,” jelas Hank Reichle.

Hal ini bertujuan untuk bisa mendorong pertumbuhan industri, bahkan dapat meningkatkan ekspansi bisnis di level yang lebih luas. Reichle menambahkan bahwa saat ini, berbagai perusahaan di seluruh dunia mencari cara untuk meneruskan program keberlanjutan mereka selama pandemi.

Para perusahaan tersebut juga berfokus untuk terus bertahan dengan peningkatan bantuan dari kemitraan luar (62%). Upaya ini dilakukan sampai mereka mampu berinvestasi kembali dalam inovasi baru yang besar.

“Lebih dari 62% para pemimpin perusahaan garmen global menyampaikan bahwa program keberlanjutan produk menjadi fokus utama saat ini. Selain itu, 59% responden juga menyampaikan bahwa mereka melakukan transparansi dalam produksi produk yang ramah lingkungan,” imbuh Reichle.

Cotton Council International saat ini pun fokus memberikan pendampingan kepada pelaku industri garmen global, termasuk di Indonesia. Diharapkan, para pelaku industri ini dapat bertransformasi dalam memenuhi perubahan perilaku konsumen pascapandemi.

Related