Cottonology Usung Konsep Green Company dalam Produksi

marketeers article

Para pengusaha memiliki banyak hal yang harus diperhatikan ketika menjalankan bisnisnnya. Bukan hanya aspek yang memengaruhi produksi, namun banyak hal lain di sekitar bisnis yang harus diperhatikan. Salah satunya adalah lingkungan. Tidak sedikit dari para pebisnis yang mengabaikan sistem produksi mereka yang berpotensi membawa dampak negatif pada lingkungan sekitar.

Contoh dari minimnya kesadaran para pelaku bisnis adalah pencemaran lingkungan seperti pencemaran sungai oleh limbah cair. Sejumlah sungai di Jawa Barat saat ini diketahui telah tercemar limbah domestik hingga industri. Sungai-sungai tersebut antara lain Sungai Cilamaya, Cileungsi, dan Citarum.

Menyadari kerusakan lingkungan yang telah terjadi di sekitar tempat bisnisnya, CEO Cottonology Carolina Danella Laksono mengungkapkan sejak awal perusahaannya mengusung konsep green company. Sehingga dalam praktik usahanya, mereka tidak membiarkan adanya limbah yang dibuang dari hasil produksi.

“Dengan jumlah produk yang kami hasilkan, tentu ada anggapan kami menghasilkan limbah yang banyak. Namun, sejak awal kami berorientasi pada keberlangsungan lingkungan hidup di sekitar pabrik. Karena itu, limbah yang ada dari proses produksi kami bisa didaur ulang sehingga tidak menimbulkan bahaya,” ujar Carolina.

Lebih lanjut, ia menjelaskan ada dua jenis pencemaran yang Cottonology hindari. Pertama, limbah yang dihasilkan ketika proses produksi berjalan. Dan, kedua, limbah saat produk tersebut digunakan oleh pelanggan. Menggunakan bahan katun organik, Cottonology mengklaim, produk mereka aman bagi lingkungan mulai dari saat pembuatan maupun perawatan.

Berdasarkan data dari The Waste and Resources Action Progframme (WRAP), perkembangan industri mode yang cepat mendorong produksi 80 miliar potong kain setiap tahunnya. Dari hasil produksi tersebut, diperkirakan terdapat tumpukan pakaian senilai Rp 2,5 triliun di tempat pembuangan sampah. Sehingga industri mode pun diprediksi menjadi kontributor polusi terbesar setelah minyak.

“Proses produksi kami diperhatikan dari hulu ke hilir sehingga kami bisa memantau dampak terhadap lingkungan,” tutur Carolina.

Cottonology tidak hanya fokus pada pengaruh yang mungkin mereka berikan kepada lingkungan. Merek usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) ini juga fokus pada keterlibatan penjahit lokal di sekitar wilayah Bandung pada proses produksi mereka. Sehingga ikut membantu memberdayakan masyarakat sekitar lewat konsep social entrepreneurship mereka.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related