Di Balik Maraknya Rental Marketplace

marketeers article
Ilustrasi: 123RF

Oleh Christian Sugiono, CEO CUMI 

Bisnis rental marketplace marak di masa pandemi. Masyarakat konsumen cenderung memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan menyewa ketimbang membeli. Kualitas servis dan keamanan menjadi tantangan. 

Kondisi pandemi ini memengaruhi model bisnis mengingat terjadi perubahan perilaku masyarakat selama pandemi. Geliat ekonomi, terutama Indonesia belum benar-benar kembali pulih. Turunnya daya beli masyarakat menjadi salah satu efek domino pandemi tersebut.  

Indonesia termasuk salah satu negara yang terdampak resesi. Indonesia resmi mengalami resesi setelah terakhir mengalaminya pada tahun 1998/1999. Hal ini disebabkan oleh realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 3,49% di kuartal III-2020 (kuartal II-2020 juga mengalami minus 5,32%). Salah satu kunci untuk keluar dari resesi ialah meningkatkan konsumsi rumah tangga yang menjadi faktor terbesar pembentuk PDB di Indonesia.

Anggaran pemulihan ekonomi nasional hanya sanggup untuk menjaga daya beli di kelompok ekonomi bawah. Sedangkan kelompok menengah atas masih menahan kegiatan konsumsinya. Terlebih, perbandingan antara kenaikan pendapatan dengan harga beberapa komoditas seperti properti dan kendaraan, membuat kedua barang tersebut tidak lagi menjadi pilihan utama konsumsi dan investasi saat ini. 

BACA JUGA: Membaca Perilaku Konsumen E-commerce

Perilaku masyarakat pun cenderung mengalami pergeseran dari ownership orientation menjadi sharing orientation. Sharing economy orientation bukanlah hal baru. Ada beberapa faktor yang membuatnya bangkit belakangan ini. Salah satunya, pemanfaatan teknologi dan internet. Teknologi dan internet telah membawa perubahan dan disrupsi.

Di sini, teknologi digital menghasilkan sesuatu yang baru, lebih efisien, dan bermanfaat. Dalam pemanfaatan teknologi digital, model bisnis sharing economy akan memaksimalkan kapasitas menganggur (idle capacity) dari suatu aset. Sementara, aplikasi digital berfungsi sebagai penghubung antara supply dan demand

Sharing economy

Pertumbuhan sharing economy diperkirakan akan berkembang dari US $14 Juta pada tahun 2014 sampai US$ 335 juta hingga tahun 2025. Estimasi ini berdasarkan atas indikasi pertumbuhan perusahaan Uber dan Airbnb yang berkembang pesat. Sharing economy dinilai mempunyai sejarah ‘mengacaukan’ sistem bisnis konvensional. Namun, bisnis model ini sangat membantu biaya operasional berjalan ramping. Nilai beli barang bisa dibagi ke banyak individu sehingga penggunaan fungsi dari aset tersebut akan lebih ekonomis dan sering disebut Collaborative Consumptions

Contohnya, sistem collaborative consumptions yang diterapkan oleh perusahaan di Indonesia seperti Gojek dan Grab. Berdasarkan riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD) pada tahun 2019, Gojek telah berkontribusi ke perekonomian nasional sebesar Rp 104,6 triliun. Angka ini menunjukkan kenaikan bila dibanding kontribusi Gojek pada tahun 2018 sebesar Rp 55 triliun 

Bisnis rental marketplace hadir untuk mewarnai era disrupsi saat ini. Perilaku masyarakat yang menyambut baik bisnis persewaan saat masa pandemi membuat model bisnis persewaan ini berkembang. Hal ini disebabkan karena banyak kebutuhan selama pandemi yang bisa dipenuhi untuk jangka waktu tertentu saja. Bisnis persewaan hadir untuk memenuhi kebutuhan tersebut. 

Salah satu kategori produk yang dicari-cari selama masa ini adalah peralatan dan perlengkapan anak. Dominasi kelompok milenial yang cenderung mengedepankan manfaat ketimbang kepemilikan juga mendorong tren bisnis ini. Apalagi ibu-ibu muda yang merasakan manfaat dari bisnis persewaaan alat kebutuhan bayi, seperti stroller, baby chair, mini playground atau alat blender untuk mengolah makanan pendukung air susu ibu.

Segmen ibu muda ini menganggap memiliki peralatan bayi terbilang cukup mahal mengingat peralatan tersebut hanya dipakai untuk periode tertentu saja. Akan lebih murah dan layak bila mereka merogoh kocek untuk menyewanya. Menyewa barang kebutuhan bayi merupakan solusi untuk menekan konsumsi rumah tangga di tengah pandemi. Dengan demikian, biaya yang dikeluarkan masuk ke dalam anggaran yang fleksibel. 

BACA JUGA: 4 Tren Perubahan Perilaku Konsumen Kecantikan Sepanjang Tahun 2021

Perkembangan industri penyewaan juga didorong oleh kebutuhan korporasi. Perlengkapan kantor, seperti laptop, printer, dan mesin fotokopi menjadi hal yang saat ini banyak dirasakan manfaatnya oleh perusahaan tanpa harus memiliki aset tersebut. Ditambah dengan kebijakan bekerja dari rumah yang banyak diterapkan oleh perusahaan di masa pandemi ini. Pilihan menyewa barang tersebut menjadi semakin rasional. Apalagi banyak pelaku bisnis yang mengurangi ongkos operasional untuk tetap menstabilkan proyeksi arus kas. Perusahaan tidak perlu memiliki dan menyimpan aset barang elektronik yang setiap tahunnya mengalami depresiasi. 

Namun, faktor keamanan dalam proses sewa-menyewa kadang menjadi kendala baik dari pengguna maupun mitra vendor persewaan. Apakah barang yang disewakan akan aman? Bagaimana jika barang yang disewakan rusak atau hilang? Tentunya, fitur asuransi dalam platform merupakan salah satu jawabannya.

Dengan mengaktifkan layanan asuransi, barang yang disewakan menjadi terproteksi jika mengalami kerusakan hingga kehilangan. Pengguna akan merasa pesanan barangnya terjamin dan juga mitra vendor persewaan terhindar dari kerugian jika barangnya mengalami kerusakan atau kehilangan. Dibandingkan dengan ganti rugi dengan harga beli barang, membayar premi dirasa akan menjadi penawaran yang menarik. 

Dari perkembangan industri penyewaan di Indonesia saat ini, CUMI Rental Marketplace percaya dapat mengambil peranan penting dalam membantu perkembangan model bisnis sharing economy. CUMI sukses menjembatani kebutuhan para orang tua terutama para ibu dalam mencari kebutuhan barang-barang penunjang untuk anaknya. Pertumbuhan transaksi persewaan pada tahun 2020 yang terjadi di platform CUMI (Android dan website) tumbuh sekitar 300% dibandingkan dengan tahun 2019. 

Dengan adanya rental marketplace, permintaan akan penyewaan barang dan jasa semakin mudah dan efisien. Dalam waktu singkat, pengguna akan disuguhi fitur-fitur canggih dan seamless untuk mencari barang kebutuhannya dalam satu platform. Hal ini dapat membantu pengguna untuk mengurangi sporadic search ketika ingin mencari kebutuhan sewanya. 

Walaupun bisnis persewaan bukan hal baru, namun bisnis model ini sangat prospektif dan akan terus berkembang. Pemanfaatan teknologi menjadi pelengkap dalam bisnis persewaan di era sharing economy. Sehingga penyewaan semakin menjadi pilihan yang relevan untuk pemenuhan kebutuhan baik di tengah pandemi maupun setelah pandemi. Mau mencoba?

Artikel ini telah tayang di Majalah Marketeers edisi Maret 2021.

Related