Dilema Perusahaan: Pakai Jasa Head Hunter atau Bangun Retensi Karyawan?

marketeers article
Elevated View Of Businessperson And Candidates Hand With Resume On White Desk

Memiliki karyawan kompeten dan loyal tentu menjadi impian perusahaan. Sayangnya, hal ini bukan perkara mudah. Dibutuhkan upaya yang tak sedikit untuk dapat memenangkan hati Sumber Daya Manusia (SDM) bertalenta agar mau bekerja untuk Anda.

Ada dua jalan yang bisa dipilih perusahaan untuk mendapatkan SDM bertalenta; antara menggunakan jasa head hunter atau mengucurkan dana guna meretensi karyawan betah bekerja bersama Anda. Lantas, manakah yang lebih efektif?

Jasa head hunter terdengar seperti jalan pintas bagi perusahaan untuk memperoleh SDM bertalenta dengan deretan prestasi dan pencapaian yang mereka miliki. Biaya yang dibutuhkan pun jelas tak sedikit. Anda harus mampu membayar dimuka sejumlah uang yang tak sedikit untuk membajak mereka.

Businessman with muscles currency pound sterling pop art retro style

Hal ini perlu disadari oleh perusahaan. Terlebih, pergeseran fokus industri rekrutmen saat ini telah berubah. “Industri rekrutmen yang mulanya lebih employer-driven menjadi candidate-driven. Artinya, perusahaan bukan lagi pihak yang memilih kandidat, melainkan kandidatlah yang memilih perusahaan,” jelas Sanuk Tandon, Managing Director at Kalibrr Indonesia kepada Marketeers.

Namun, bagi perusahaan sekelas P&G, bicara soal penggunaan jasa head hunter, sebenarnya biaya yang dikeluarkan akan sama besar dengan upaya melakukan retention.

“Ketika kita mengembangkan skill dan kemampuan karyawan yang sudah ada dengan harapan mereka dapat menjadi pemimpin yang ‘oke’ suatu hari nanti, hal ini sebenarnya membutuhkan biaya yang tidak sedikit,” ungkap Nararya Soeprapto, Director Global Government Relations and Public Policy & Corporate Affairs at Procter & Gamble (P&G) kepada Marketeers.

Ia mengambil contoh, dibutuhkan waktu lebih dari 24 tahun bagi P&G untuk mempersiapkan LV Vaidyanathan menjadi Vice President and Managing Director P&G. Dan, hal ini tentu membutuhkan biaya yang tak sedikit.

“Jika menggunakan head hunter, mungkin kami harus membayar 30% dari fee-nya langsung saat itu juga, dan ini mungkin terlihat mahal. Namun, jika dihitung berapa biaya kompensasi dan benefit yang diberikan kepada LV mulai dari ia lulus kuliah dan belum mengerti apa-apa, hingga kemudian mengembangkannya dengan berbagai ilmu sambil berharap suatu hari ia bisa menjadi country manager kami, tentu dibutuhkan biaya yang juga tak sedikit,” jelas Nara.

So, it’s a choice. Meski P&G tidak menyebutkan mana cara yang lebih baik, namun mereka mengaku masih cenderung memilih untuk mengambangkan SDM dari dalam. Bagimana dengan perusahaan Anda?

Editor: Sigit Kurniawan

Related