Dirikan Startup Saat Lulus Kuliah Atau Kerja Dulu?

marketeers article
57681323 start-up business concept. switch on start-up business.

Semakin tingginya penetrasi digital di Indonesia terutama dari sektor mobile membuat para pemuda berjibun mengantre untuk membuat startup. Selain tentu saja menjanjikan dari segi nominal, harapannya adalah aplikasi buatan mereka akan berguna bagi masyarakat.

Tapi, menurut hukum alam yang sudah-sudah, mungkin hanya satu dari sepuluh startup yang bisa sukses dan menjadi besar. Sisanya gagal. Namun, justru di waktu muda itu kegagalan bukanlah akhir segalanya. Justru gagal itu bagus. Setidaknya itulah menurut CEO & Founder dari startup digital Jojonomic Indrasto Budisantoso dalam acara roadshow TheNextDev 2016 di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Kamis (4/8) 2016,

“Gagal itu baik. Gagal cepat atau gagal sering. Tapi, jangan sampai setelah produknya gagal, tidak diterima pasar, malah diteruskan. Itu bodoh namanya,” ujar pria yang akrab disapa Asto itu. Asto yang membangun Jojonomic setahun lalu yang dulu setelah kuliah langsung menjadi entrepreneur di berbagai bidang. Setelah itu, ia sekolah lagi kemudian bekerja di perusahaan konsultan. Baru ia membangun Jojonomic yang idenya pengalaman rumitnya ketika bekerja.

Asto melihat sebagai seorang entrepreneur, ada plus minus dari memulai usaha dari lulus kuliah atau bekerja dulu agar ada pengalaman. Jika memulai usaha dari lulus kuliah, benefitnya adalah seorang entrepreneur akan berani menanggung risiko. Semangatnya pun masih 45. Masih ada kesempatan learning by doing. Kelemahannya adalah network-nya masih terbatas.

“Kalau sudah bekerja biasanya risiko lebih terukur. Lalu dengan pengalamannya sorang entrepreneur akan tahu banyak soal profesionalisme yang bisa diterapkan dalam usahanya. Kemampuan branding, mengumpulkan resource diperlukan juga sudah baik karena sudah memiliki jaringan cukup kuat. Tapi satu hal, mereka yang sudah enak jadi pegawai, gaji lumayan, dapat fasilitias ini itu, akan sulit untuk keluar dari comfort zone untuk kemudian berbalik jadi pengusaha,” terang Asto.

Tapi, Asto tidak berat sebelah mana dulu harus dilakukan. Bukan masalah lebih baik mana. Tapi yang paling penting adalah ketika muncul sebuah ide untuk membuat usaha selain harus menyelesaikan masalah di masyarakat, pasarnya pun harus ada. Dan, utamanya adalah ketika hadir sebuah ide harus dieksekusi dengan baik.

“Percuma ide bagus tapi eksekusi asal. Ide itu bisa datang kapan saja di mana saja. Jadi ketika ingin mendirikan sebuah usaha tapi tanpa ada ide, lalu dipaksakan untuk ada, lebih baik tahan dulu. Nanti ketika sudah ada ide baru eksekusi dengan baik. Tunggu saja, ide itu kan datangnya bisa dari mana saja,” tutup Asto.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related