Dongkrak Potensi UKM dan BUMDES, Pertamina Gelar GBBI SMEXPO 2021

marketeers article
Foto: www.123rf.com

Pandemi COVID-19 berdampak negatif bagi perekonomian negara. Untuk memulihkan kembali, usaha kecil dan menengah (UKM) serta Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dapat menjadi salah satu elemen penting. Peran mereka dapat dioptimalkan di masa ini, melihat banyaknya produk unggulan milik UKM dan Bumdes yang berpeluang dapat bertahan, bahkan berkembang di masa pandemi.

Apalagi, sejak UU Cipta Kerja di sahkan, Bumdes bisa menjadi badan hukum. Jadi, Bumdes punya peluang usaha yang luas. Namun demikian, untuk mengoptimalkan peran UKM dan Bumdes, tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja. Perlunya dukungan dan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk sektor swasta untuk mengembangkan produk unggulan Bumdes

Menjawab hal tersebut, Pertamina menghadirkan acara Gerakan Bangga Buatan Indonesia (GBBI) bersama dengan SMEXPO 2021 (GBBI SMEXPO 2021). Ini merupakan program yang berkolaborasi dengan Kementrian Desa, Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Rumah BUMN Kalimantan Timur, Bank Indonesia, Pertamina, dan pemangku kepentingan lainnya.

Program ini merupakan salah satu bentuk komitmen dari Pertamina kepada UKM Dan Bumdes agar bisa naik kelas di masa ini. Komitmen Pertamina adalah untuk menggerakan ekonomi UKM dan Bumdes, sehingga mereka mampu berkembang di kondisi pandemi, bahkan bersaing di pasar digital, baik melalui marketplace, media sosial. Dengan adanya GBBI SMEXPO 2021, para UKM dan Bumdes dapat belajar menggunakan marketplace sebagai alat mereka untuk memperluas jangkauan pasar.

Dalam acara pre-event GBBI SMEXPO 2021, Harlina Sulistyorini, Dirjen Pengembangan Ekonomi dan Investasi Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Kementerian Desa dan PDTT  mengatakan bahwa sudah ada beberapa strategi yang dilakukan untuk Bumdes, salah satunya  revitalisasi Bumdes, dan memfasilitasi digitalisasi Bumdes dengan menggandeng pelaku e-commerce. Jadi, Bumdes sudah mempunyai banyak peluang sekarang. Ditambah adanya UU Cipta Kerja, ada regulasi dan legal standing yang kuat untuk Bumdes. Sekarang, tinggal bagaimana meningkatkan performa SDM nya.

“Semenjak ada UU Cipta Kerja No.11, Bumdes punya peluang usaha yang cukup besar sekarang. Sudah banyak unit usaha yang bisa dilaksanakan Bumdes sebagai pelaku. Saat ini, tinggal bagaimana Bumdes menangkap peluang tersebut. Harapannya Bumdes dapat mengembangkan penguatan kapasitas SDM pengelolanya, untuk bisa meningkatkan performanya,” kata Harlina.

Husin Wijaya selaku Exclusive Facilitator MarkPlus Institute mengatakan bahwa walaupun berada di kondisi pandemi yang sulit ini, banyak UKM dan Bumdes yang masih bertahan. Mereka punya daya tahan yang luar biasa, sehingga menjadikan mereka entrepreneur yang tangguh.

Namun demikian, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh mereka. Dengan adanya krisis ini, wajah bisnis menjadi berubah. Menurut Husin, saat ini kita sedang dihadapi oleh satu situasi yang meminta kita untuk menjadi serba online. Maka dari itu, UKM dan Bumdes juga harus mulai untuk berpindah haluan menjadi digital.

Husin memberikan bebeapa inisiatif yang harus dilakukan oleh para UKM dan Bumdes untuk bisa bertahan dan berkembang, terutama di kondisi ini. Pertama, mereka harus pandai mencari peluang serta melakukan analisis perubahan. Pasar berkembang dengan pesat. Memang dasarnya semua dituntut untuk melakukan perubahan, dituntut untuk naik kelas.

“Banyak peluang yang bisa dicari saat ini. Kita harus pandai mencari peluang tersebut. Peluang ada di mana-mana, tidak hanya di Indonesia saja, namun bisa juga ekspor,” kata Husin.

Untuk menangkap peluang, UKM dan Bumdes harus menaikan kompetensi mereka, yaitu dengan melakukan analisa mengenai bisnis mereka. Analisis strengths, weaknesses, opportunities, and threats (SWOT) bisa dilakukan. Setelah itu, tentukan tujuan yang ingin dicapai.

“Kita harus mengerti SWOT yang dimiliki bisnis kita. Setelah SWOT, kita bisa tentukan tujuan. Penting sekali untuk diperhatikan jika ingin membuat tujuan, yakni harus spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan harus dibatasi oleh waktu,” papar Husin.

Lalu, UKM dan Bumdes harus bisa mengambil risiko. Namun demikian, risiko tersebut bisa dilihat sebagai peluang juga. Untuk mengambil peluang, risiko harus terobos. Akan tetapi, harus dianalisis terlebih dahulu, apakah risiko yang akan diambil worth it atau tidak.

“Kita harus melihat bahwa ada berbagai kemungkinan di dalam bisnis yang luas. Banyak peluang, tapi lihat peluang tersebut mempunyai dampak negatif atau tidak. Kalau ada, kita harus hindari. Namun jika dampaknya kecil, kita harus bertahan,” kata Husin.

Terakhir, UKM dan Bumdes bisa berkolaborasi untuk mengembangkan produk yang mereka miliki. Hal ini dikarenakan melihat kondisi pandemi, tidak bisa melakukan semuanya sendirian. Untuk bisa naik kelas, kolaborasi diperlukan. Kolaborasi antar UKM, Bumdes, serta brand lainnya bisa dilakukan untuk berkembang.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related