Dubai: Ambisi Menjadi Terbesar, Terluas, Tertinggi (1)

marketeers article

“I want Dubai to be number one. Not in the region, but in the world.” 

 

Itulah kutipan dari Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, Wakil Presiden dan Perdana Menteri dari United Emirate Arab. Dia adalah orang di balik kemajuan Dubai.

Dubai memang menjadi salah satu kota di dunia yang mewakili arti modernisasi. Dubai sendiri adalah satu emirate (negara bagian) dari Uni Emirat Arab, bersama enam lainnya yaitu Abu Dhabi, Ajman, Fujairah, Ras al-Khaimah, Sharjah dan Umm al-Qaiwain.

Meski menggunakan bahasa Arab, pengaruh dunia barat sangat terasa kental di Dubai. Sederetan restoran waralaba Amerika dapat mudah kita temui. Kebanyakan penduduk di sana pun terbilang fasih berbahasa Inggris. Karenanya, jangan heran jika banyak imigran mencoba mengadu nasib dengan bekerja di Dubai.

Dubai memiliki penduduk sekitar 3,13 juta orang hingga kuartal ketiga 2018. Ketika jam padat, kota ini ini bisa memiliki populasi hingga 4,29 juta orang. Uniknya, penduduk asli hanya berkontribusi sekitar 15%. Sedangkan sisanya dikontribusi oleh ekspatriat dari Asia, seperti India, Pakistan, Bangladesh, dan Filipina.

Masyarakat Filipina memang jamak kita temui di Dubai. Karenanya, jangan heran jika kita bisa dengan mudah bertemu orang dengan wajah hampir mirip orang Indonesia, dari sisi fisik, yang mana mereka adalah orang Filipina.

Masyarakat Dubai terbilang muda dan produktif. Dari angka 3,13 juta, sekitar 60% berusia 25-44 tahun. Dan, sekitar 50,5% adalah kaum perempuan.

Meski memiliki penduduk di angka 3 jutaan jiwa, Dubai memiliki luas 4.114 km2 atau, enam kali kota Jakarta yang memiliki penduduk sekitar 10 jutaan jiwa. Populasi yang rendah ini mengakibatkan kita jarang sekali melihat orang berkeliaran di jalan, kecuali di tempat wisata, mal, atau hotel.

Stereoptipe bahwa negara Timur Tengah banyak mengandalkan minyak bagi pendapatan tidak berlaku bagi Dubai. Dengan angka Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar US$ 389 miliar pada tahun 2018, atau setara US$ 105,9 miliar; minyak hanya menyumbang sekitar 3%-5% ekonomi mereka. Sekitar 44% justru disumbang oleh transportasi, pergudangan, perdagangan, dan pariwisata.

Dubai memang telah melakukan diversifikasi menuju ekonomi berbasis pengetahuan, pelayanan, pariwisata, dan keuangan. Dari sisi perdagangan, Dubai telah menjadi hub dari Uni Emirat Arab, Gulf Cooperation Council, serta negara lain, khususnya China. Dubai menjadi hub untuk produsen asal Negeri Panda untuk meraih pasar Afrika.

Dubai pun tidak main-main untuk menghadirkan bandara udara dan pelabuhan yang terbaik. Pelabuhan Jebel Ali misalnya, menjadi  pelabuhan tersibuk nomor 9 di dunia, sekaligus pelabuhan terbesar yang pernah dibuat di dunia. Jebel Ali menjadi pelengkap bagi pelabuhan Dubai lainnya, Rashid.

Sedangkan Bandara Udara Internasional Dubai menjadi airport terbesar ketiga di dunia, setelah Hartsfield–Jackson Atlanta International Airport dan Beijing Capital International Airport. Akses yang baik membuat pariwisata Dubai pun tumbuh merekah. Pada tahun 2017, Dubai menarik turis sebesar 15,79 juta jiwa, atau lebih besar dibandingkan wisatawan asing (wisman) yang masuk ke seluruh Indonesia pada tahun yang sama.

 

bersambung…

Related