Dukungan Selandia Baru di Industri Energi Panas Bumi Indonesia

marketeers article
Geothermal power Station, near Taupo New Zealand

Sejak lama, Indonesia telah melakukan pemetaan sumber daya panas bumi. Langkah ini mengawali proses pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi pertama Indonesia yang terletak di Kamojang, Jawa Barat sekitar tahun 1970-an. Langkah ini pun menarik perhatian Selandia Baru. Negara kepulauan ini berkomitmen penuh untuk mendukung pengembangan energi terbarukan, terutama geothermal di Indonesia.

Sejalan dengan seruan global untuk beralih ke energi terbarukan, Selandia Baru berdedikasi untuk semakin memperkuat kemitraan tersebut. Kedua negara pun menyetujuin Rencana Aksi Kemitraan Komprehensif Indonesia-Selandia Baru untuk 2020-2024.

Rencana aksi ini berisi kesepakatan memperbarui fokus terhadap prioritas kerja sama bilateral, termasuk di bidang energi terbarukan, dan mengeksplorasi peluang baru.

“Sebagai wujud dari upaya menjalin kolaborasi yang lebih erat, Menteri Perdagangan dan Pertumbuhan Ekspor Selandia Baru David Parker telah memastikan kehadirannya dalam Digital Indonesia International Geothermal Convention (DIIGC) 2020,” ujar Diana Permana, Komisaris Perdagangan Selandia Baru untuk Indonesia dalam siaran persnya.

Ajang DIIGC 2020 diselenggarakan oleh Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API/INAGA) secara virtual pada 1-10 September 2020. Konvensi digital ini diadakan sebagai pengganti ajang tahunan Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2020 yang ditunda hingga tahun depan akibat pandemi COVID-19.

Tahun ini, DIIGC mengangkat tema The Future is Now: Committing Geothermal Energy for Indonesia’s Sustainable Development. DIIGC 2020 dimulai dengan presentasi teknis yang dibawakan para pakar, ilmuwan, pelaku bisnis, dan akademisi di bidang panas bumi. Sementara sesi konvensi utama dibuka oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.

Diana menjelaskan bahwa David Parker akan menyampaikan strategi menghadapi tantangan akibat COVID-19. David juga akan menegaskan peran penting pemulihan ekonomi rendah emisi dan tangguh terhadap perubahan iklim melalui penerapan kebijakan dan teknologi ramah lingkungan seperti pengembangan energi terbarukan.

“Pandemi ini telah menyuntikkan semangat baru untuk mempercepat transisi menuju kebijakan yang lebih ramah lingkungan dan mendorong penggunaan energi terbarukan. Selandia Baru akan terus berada di garis terdepan untuk membantu Indonesia meningkatkan akses ke energi bersih yang terjangkau dan dapat diandalkan,” kata Diana.

Selandia Baru pun diklaim sudah memiliki pengalaman dan kepiawaian mengembangkan dan mendirikan sejumlah proyek panas bumi terbesar dan paling berkelanjutan di dunia. Bahkan, Selandia Baru memegang posisi kunci dalam pengembangan industri panas bumi global. Melalui New Zealand Trade & Enterprise (NZTE), Selandia Baru siap berbagi inovasi dan teknologi modern untuk mendukung Indonesia mewujudkan potensi dari energi terbarukan yang dimilikinya.

NZTE sendiri adalah agensi pemerintah untuk pengembangan bisnis internasional. Lembaga ini bertugas membantu perusahaan di Selandia Baru untuk mengakses pasar global dan menjalin kerja sama dengan investor global, atau sebaliknya. NZTE bermitra dengan pemangku kepentingan terkait di Indonesia untuk menyediakan wadah berbagi informasi dan jejaring.

Bersama Bank Dunia, Selandia Baru turut mengawal proyek eksplorasi panas bumi Waesano di Nusa Tenggara Timur. Waesano adalah proyek percontohan untuk proyek eksplorasi Indonesia di masa depan. Hingga akhir 2019, total kapasitas daya yang dihasilkan pembangkit listrik tenaga panas bumi di 29 negara di dunia telah mencapai 15.400 MW.

Selandia Baru dan Indonesia berada di kelompok lima besar produsen listrik dari tenaga panas bumi dunia, bersama Amerika Serikat, Filipina, dan Turki.

Di sisi lain, pemerintah Indonesia menetapkan target menjadi produsen listrik tenaga panas bumi terbesar dunia dengan kapasitas lebih dari 8.000 MW, setara dengan 23% dari bauran energi nasional sampai tahun 2030.

Diana menegaskan bahwa Selandia Baru akan terus berkontribusi mewujudkan peta jalan pengembangan panas bumi dan energi bersih di Indonesia. Di sini, sektor energi terbarukan mendapat alokasi dana terbesar dalam Program Bantuan Selandia Baru untuk Indonesia.

Menurut New Zealand-Indonesia Joint Commitment for Development untuk 2017-2022, Selandia Baru akan mengucurkan NZ$ 30 juta dalam program pelatihan dan pendampingan teknis. Harapannya, seluruh masyarakat Indonesia dapat menikmati akses setara energi terbarukan pada masa mendatang.

Related