EBITDA dan Pentingnya dalam Laporan Keuangan

marketeers article
Ebitda dan Pentingnya Dalam Laporan Keuangan (FOTO:123RF)

EBITDA adalah singkatan untuk Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization. Hal ini untuk ukuran laba yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, yang menghilangkan pengaruh beban bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi dari laba bersih.

EBITDA digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan dan memungkinkan perbandingan antara perusahaan dalam industri yang berbeda. Hal ini juga dapat digunakan untuk menentukan harga wajar perusahaan saat akuisisi atau merger.

Dalam buku “Cara Menilai Perusahaan,” Adler Haymans Manurung menjelaskan EBITDA adalah pendapatan perusahaan sebelum pajak dan bunga ditambah depresiasi yang dilakukan perusahaan. Sementara depresiasi adalah pengeluaran bukan secara kas, tetapi merupakan pengurang dalam menghitung EBIT (Earnings Before Interest and Taxes).

BACA JUGA: Software: Pengertian, Cara Kerja dan Contohnya

EBITDA sangat berguna dalam mengukur kinerja perusahaan, terutama jika perusahaan tersebut memiliki struktur hutang yang berbeda atau memiliki tingkat pajak yang berbeda. Namun, EBITDA tidak memperhitungkan beberapa faktor penting seperti modal kerja dan investasi, yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan jangka panjang perusahaan.

Bagaimana menghitung EBITDA?

Untuk menghitung EBITDA, Anda dapat mengikuti langkah-langkah berikut:

  1. Dapatkan laporan laba rugi perusahaan Anda.
  2. Temukan jumlah pendapatan kotor.
  3. Temukan jumlah beban operasional (biaya operasional).
  4. Hitung laba operasional dengan mengurangi beban operasional dari pendapatan kotor. (Laba operasional = pendapatan kotor – beban operasional)
  5. Temukan jumlah beban bunga.
  6. Hitung laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan mengurangi beban bunga dari laba operasional. (EBIT = laba operasional – beban bunga)
  7. Temukan jumlah depresiasi dan amortisasi.
  8. Hitung EBITDA dengan menambahkan depresiasi dan amortisasi ke EBIT. (EBITDA = EBIT + depresiasi + amortisasi)

BACA JUGA: Force Majeure: Pengertian, Jenis dan Contohnya

EBITDA = Pendapatan kotor – Beban operasional + Depresiasi + Amortisasi

Contoh: Pendapatan kotor Rp 1.000.000, Beban operasional Rp 500.000, Depresiasi Rp 50.000, Amortisasi Rp20.000.

EBITDA = Rp 1.000.000 – Rp 500.000 + Rp 50.000 + Rp 20.000 = Rp 570.000

Secara umum, perusahaan dengan EBITDA yang lebih tinggi dianggap lebih baik daripada perusahaan dengan EBITDA yang lebih rendah. Namun, ada juga perusahaan yang menggunakan EBITDA untuk menutupi kinerja yang buruk dengan meningkatkan depresiasi dan amortisasi.

Oleh karena itu, penting untuk menganalisis EBITDA secara keseluruhan dan menggabungkannya dengan analisis lainnya, seperti laporan keuangan dan analisis rasio keuangan.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related