Ekonomi Bali Alami Penurunan Hingga 1,14% Karena Pandemi COVID-19

marketeers article
Pura Ulun Danu Bratan, Hindu temple on Bratan lake, Bali, Indonesia

Bali menjadi daerah di Indonesia yang paling terpukul karena adanya pandemi COVID-19. Industri pariwisata di daerah tersebut terpaksa terhenti menyusul adanya berbagai kebijakan physical distancing dan pelarangan perjalanan di berbagai negara.

Pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama pun mencapai -1,14% dan kemungkinan akan semakin memburuk pada kuartal kedua. Terhentinya industri pariwisata di Bali kemudian juga berdampak pada pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) yang juga menjadi penyokong pertumbuhan ekonomi daerah.

“Hampir 90% usaha di Bali merupakan UKM, dan pariwisata berperan sebagai lokomotif perekonomian dengan kontribusi sebesar 53,65%. Begitu pariwisata berhenti, bisnis di belakangnya pun juga ikut terhenti,” ujar Trisno Nugroho, Kepala Bank Indonesia Wilayah Bali dalam acara Government Roundtable Series COVID-19: New, Next & Post, Kami (02/07/2020).

Industri kreatif sebagai penghasil merchandise bagi para wisatawan bahkan mengalami penurunan omzet lebih dari 50%. Sementara itu, UKM pertanian tidak terlalu merugi. Meski pada bulan April dan Mei Bali sempat mengalami deflasi, namun setelah bulan Juni telah sudah ada pergerakan kenaikan dengan inflasi sebesar 0,11%.

Trisno mengatakan, kemungkinan klater pertanian yang dapat membantu kontraksi pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua, melihat klaster ini membantu pertumbuhan sebesar 0,06% pada kuartal pertama.

Pengembangan UKM pasca COVID-19 menghadapi sejumlah tantangan, di antaranya pengembangan kapasitas UKM, korporatisasi UKM, hingga pembiayaan. Karena itu, dibutuhkannya peran perbankan untuk memberi dukungan, terutama dari segi kemudahan kredit bagi para pelaku UKM.

“Memang setelah pandemi dibutuhkannya modal besar untuk UKM kembali bangkit. Terlebih setelah tiga bulan kemarin pemasukan kosong dan cash flow tidak berjalan dengan baik,” pungkas Trisno.

Editor: Eko Adiwaluyo

Related