Ekonomi Digital Indonesia Akan Capai US$ 40 Miliar Tahun 2019

marketeers article

Laporan e-Conomy SEA tahun ini yang disusun oleh Google, Temasek, dan Bain & Company menunjukkan tren pertumbuhan ekonomi digital yang pesat di Asia Tenggara, dengan Indonesia sebagai yang terdepan.

Menurut laporan tahunan keempat yang berjudul “Swipe up and to the right: Southeast Asia’s $100 billion Internet economy” ini, ekonomi digital Indonesia kini mendekati $40 miliar (GMV) dan berpotensi mencapai $133 miliar pada 2025, melampaui prediksi tahun lalu sebesar lebih dari 30%.

Memadukan Google Trends, riset Temasek, dan analisis Bain & Company serta berbagai sumber dari industri dan wawancara ahli, laporan tersebut menjelaskan transformasi ekonomi Indonesia yang luar biasa sehingga menjadi pendorong pertumbuhan yang dinamis bagi Asia Tenggara.

“Laporan tahun ini menunjukkan performa optimal Indonesia yang melampaui semua ekspektasi dari tiga laporan tahunan sebelumnya,” jelas Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf.

“Saat ini, kita menyaksikan bagaimana startup-startup Indonesia menjadi pemain tingkat regional dan bagaimana pendekatan inovatif mereka untuk memecahkan masalah lokal juga mampu merevolusi transportasi, jasa pengantaran makanan, wisata & perjalanan, dan e-commerce di seluruh Asia Tenggara,” imbuhnya.

Laporan regional tahun 2019 ini mencakup lima sektor, antara lain e-commerce, media online, transportasi online, wisata & perjalanan, dan jasa keuangan digital — sektor yang baru ditambahkan tahun ini. Dalam empat tahun ke depan, laporan memprediksi pertumbuhan 12 kali lipat untuk sektor e-commerce Indonesia dan pertumbuhan enam kali lipat untuk transportasi online. Pembiayaan di Indonesia juga berpotensi untuk melebihi rekor yang tercatat pada tahun 2018.

Jabodetabek tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan di Indonesia. Pengguna yang tinggal di area tersebut membelanjakan uang senilai $555 per kapita (dalam GMV) dibandingkan $103 di area non-metro, meski daerah non-metro diperkirakan akan bertumbuh dua kali lebih pesat dalam enam tahun ke depan. Selain itu, laporan juga mengungkapkan temuan bahwa semua sektor ekonomi internet di setiap daerah diuntungkan dengan meningkatnya penggunaan pembayaran digital.

“Terdapat kekurangan akses untuk layanan keuangan di Asia Tenggara dan ini jelas merupakan peluang bagi Indonesia, yang hanya 42 juta penduduknya memiliki rekening bank,” tambah Florian Hoppe, Partner dan Leader of Asia Pacific Digital Practice dari Bain & Company. “Dengan 47 juta penduduk belum mendapatkan cukup layanan keuangan dan 92 juta penduduk sama sekali tidak memiliki akses, teknologi dan data dapat dimanfaatkan untuk mengubah cara orang Indonesia menangani pembayaran, transfer dana, pinjaman, investasi, dan asuransi online.”

Dengan meluasnya penggunaan pembayaran digital dan opsi pembayaran dengan pulsa, makin banyak orang dari luar area metro yang menjadi pengguna berbayar layanan media online premium seperti game, musik, dan video on-demand. Ini ditunjukkan oleh data bahwa 46% dari semua penelusuran tentang paket internet di Google Search berasal dari area non-metro.

Laporan ini menunjukkan bahwa investasi yang ditanamkan untuk 3.000 startup di Asia Tenggara pada tahun 2019 hampir senilai $7 miliar, dengan jumlah rata-rata investasi meningkat dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir. Startup teknologi di sektor B2B, layanan kesehatan, dan pendidikan juga telah menerima beberapa pendanaan yang diberikan baru-baru ini.

“Kami melihat banyak potensi dalam ekonomi digital Indonesia. Populasi anak muda digital native yang sangat aktif menjadi faktor kunci dalam perkembangan ekonomi mereka,” jelas Rohit Sipahimalani, Joint Head, Investment Group, Temasek.

Pertumbuhan seperti ini juga terjadi di ekonomi digital Asia Tenggara lainnya. Teknologi seluler mengubah cara penduduk Asia Tenggara bekerja dan menjalani hidup, memberi mereka akses lebih besar untuk menjangkau peluang dan pasar baru. Tren ini memunculkan berbagai peluang investasi menarik dalam ekonomi digital Asia Tenggara, yang terbuka seiring terbentuknya tren struktural yang didorong terobosan teknologi dan perubahan pola konsumsi. “Bersama pihak swasta, pemerintah, dan masyarakat, kami berkomitmen untuk membantu membangun Asia Tenggara yang lebih baik, lebih cerdas, dan lebih tangguh,” ujar Rohit.

Randy menambahkan, masih ada kebutuhan akan developer, software engineer, ilmuwan data, dan SDM lain yang sangat diperlukan. Namun, masih banyak tantangan ekosistem di bidang pembiayaan, kepercayaan konsumen, dan akses internet dan diharapkan ini akan segera teratasi.

“Terdapat juga perbaikan dalam hal logistik dan pembayaran, yang dapat memperlancar akselerasi ekonomi digital Indonesia dan potensinya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan,” pungkas Randy.

Related