Ekspansi ke Indonesia, Jenfi Tawarkan Pembiayaan untuk UKM Digital

marketeers article
Ilustrasi fintech, sumber gambar: 123rf

Perusahaan rintisan (startup) financial technology asal Singapura, Jenfi resmi masuk pasar Indonesia. Startup ini menawarkan pinjaman kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM). Ekspansi berikut mengikuti pendanaan seri A yang diterima pada tahun 2021, termasuk ekspansi ke Vietnam.

Dalam rencana ekspansinya, Jenfi memberikan solusi pendanaan alternatif untuk bisnis yang hanya dapat digunakan untuk aktivitas pertumbuhan, termasuk untuk pelaku UKM yang menjual produknya di e-commerce.

“Indonesia adalah pasar yang sangat menarik bagi Jenfi, mengingat populasinya yang besar dan segmen e-commerce yang berkembang dan belum mendekati puncaknya. Kami pun melihat pertumbuhan yang cepat dan juga menyadari bahwa sebagian besar solusi pinjaman atau pendanaan tradisional seringkali tidak tersedia untuk UKM di daerah, sehingga dapat menghambat pertumbuhan mereka di pasar,” ujar Jeffrey Liu, Co-Founder dan CEO Jenfi dalam konferensi pers virtual, dikutip Selasa (7/6/2022).

Untuk itu, Jenfi hadir dengan menyediakan akses cepat pada permodalan untuk pertumbuhan UKM dan memacu perkembangan ekonomi digital di daerah. Besarnya peluang bisnis tercermin dari data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang menyebut ekonomi digital Indonesia terus bertumbuh secara signifikan selama dua tahun masa pandemi. Data ini juga menunjukkan pada tahun 2021, ekonomi digital diproyeksikan tumbuh dari Rp 1.005 triliun pada tahun 2021 menjadi Rp 4.531 triliun pada tahun 2030.

Salah satu faktor pendorongnya adalah perkembangan e-Commerce, baik dari sisi jumlah pengguna, penjual, konsumen serta jumlah transaksi. Hal ini memberikan peluang ideal bagi Jenfi untuk turun tangan dan membantu menyediakan dana yang sangat dibutuhkan para pelaku usaha kecil dan mikro untuk mendorong pertumbuhan mereka.

Tak hanya itu, berdasarkan statistik e-commerce Indonesia tahun 2021, sebanyak 24,4% bisnis e-commerce mengalami peningkatan pendapatan dibandingkan tahun sebelumnya. Di sisi konsumen, belanja online telah menjadi kebiasaan baru dan menunjukkan peningkatan sebesar 25,5% setelah pandemi dibandingkan dengan 17,5% sebelum pandemi. Peluang semakin terbuka dengan adanya jumlah konsumen digital baru sebanyak 21 juta selama tahun 2020 dan paruh pertama tahun 2021.

“Kami melihat permintaan yang semakin kuat akan solusi yang ditawarkan Jenfi di Indonesia dan ingin mengikuti kesuksesan di Singapura. Sebab itu, kami berharap untuk melihat pertumbuhan yang kuat juga di sini. Dengan puluhan ribu perusahaan yang berkembang pesat di Indonesia, kebutuhan akan solusi seperti Jenfi sudah jelas dan berharap dapat membangun dan memperkuat ekonomi digital di Indonesia bersama para pelanggan,” ujar Jeffrey.

Lebih lanjut, Jeffrey menjelaskan, layanan pembiayaan Jenfi secara khusus terbatas pada layanan pertumbuhan seperti Facebook, Instagram, LinkedIn atau layanan periklanan Google. Hal ini guna memastikan pendanaan hanya digunakan untuk menghasilkan pendapatan dan dipantau dengan mengintegrasikan akun pendapatan bisnis pada layanan seperti Shopify, Stripe, Braintree, Lazada, Shopee, dan Tokopedia.

Pantauan ini juga menghasilkan pengukuran keuntungan Jenfi hanya dihitung dari pendapatan yang dihasilkan dari modal pertumbuhan yang diberikan. Sebelum memberikan pendanaan, Jenfi juga memberikan penilaian risiko otomatis yang mungkin terjadi dalam ekonomi digital.

“Penilaian ini bertujuan membantu mengurangi risiko bagi perusahaan. Kami juga menilai stabilitas keuangan bisnis secara akurat dibandingkan dengan sebagian besar layanan penilaian tradisional lainnya. Jenfi telah membantu ratusan perusahaan digital di Asia Tenggara, termasuk layanan bisnis B2B, B2C, dan SaaS,” pungkasnya.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related