Ekspor Funitur Diproyeksikan Tumbuh 4,9%, Kemenperin Siapkan 5 Strategi

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memproyeksikan ekspor industri funrnitur tumbuh sebesar 4,9% pada tahun 2025-2034. Hal ini berdasrkan berdasarkan data Expert Market Research, yang menyebutkan nilai pasar furnitur global pada tahun 2024 sebesar US$ 660 miliar.
Putu Juli Ardika, Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin menjelaska meskipun potensi besar, industri furnitur Indonesia saat ini menghadapi tantangan terutama akibat kondisi geopolitik yang menyebabkan terhambatnya logistik pengiriman ekspor. Tantangan lainnya, yakni isu kebijakan kelestarian lingkungan di negara tujuan ekspor, misalnya The European Union Deforestation Regulation (EUDR) serta meningkatnya impor furnitur, terutama furnitur logam dan plastik menjadi pesaing bagi industri furnitur berbasis kayu untuk berkembang.
BACA JUGA: Pertumbuhan Industri Furnitur Ditargetkan Capai 20% pada Tahun 2024
“Oleh sebab itu, Kemenperin telah menyusun lima strategi dalam upaya penguasaan pasar serta menanggapi tren industri furnitur saat ini,” kata Putu melalui keterangan resmi, Jumat (21/2/2025).
Adapun lima strategi tersebut, yakni memfasilitasi ketersediaan bahan baku, memfasilitasi ketersediaan sumber daya manusia (SDM) terampil, memfasilitasi peningkatan pasar dan penguatan riset referensi pasar, memfasilitasi peningkatan produktivitas, kapasitas, dan kualitas produk, serta memfasilitasi iklim usaha kondusif dan peningkatan investasi.
BACA JUGA: Pengusaha Furnitur Bakal Ganti Bahan Plastik dengan Bambu dan Rotan
“Terkait dengan strategi pertama, yaitu fasilitasi ketersediaan bahan baku, kami akan melakukan koordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait untuk meningkatkan penyediaan akses sehingga tercapai pola rantai pasok bahan baku furnitur ideal melalui fasilitasi pusat logistik bahan baku industri furnitur,” ujarnya.
Mengenai fasilitasi ketersediaan SDM terampil, Kemenperin telah mendirikan Politeknik Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kendal. Politeknik ini tiga program studi, yaitu Teknik Produksi Furnitur, Desain Furnitur, dan Manajemen Bisnis Industri Furnitur.
“Keberadaan Politeknik Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kendal ini dapat menghasilkan SDM furnitur dan pengolahan kayu yang terampil, siap pakai, dan berdaya saing,” ujar Putu.
Selanjutnya, dalam rangka fasilitasi peningkatan pasar dan penguatan riset referensi pasar, Kemenperin telah memfasilitasi keikutsertaan pelaku industri dalam pameran furnitur internasional. Pada tahun 2024, Kemenperin memfasilitasi enam perusahaan furnitur kolaborator Program Pengembangan Konsep Desain Industri Furnitur pada pameran furnitur internasional Index Plus New Delhi di India. Sejumlah produk furnitur Indonesia disambut antusias oleh para konsumen India.
“Selain itu pemerintah juga gencar menggalakkan belanja anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) melalui pemanfaatan produk yang memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN), sehingga memberikan peluang pelaku industri furnitur untuk meningkatkan pasar dalam negeri,” tutur Putu.
Strategi keempat adalah menjalankan program restrukturisasi mesin atau peralatan industri pengolahan kayu yang telah berlangsung selama tiga tahun sejak tahun 2022 untuk memfasilitasi peningkatan produktivitas, kapasitas, dan kualitas produk. Sebanyak 33 perusahaan industri pengolahan kayu termasuk furnitur kayu telah terfasilitasi, dengan total nilai reimburse sebesar Rp 20,6 miliar.
“Kemenperin juga melaksanakan program pengembangan konsep desain furnitur, berupa workshop kolaborasi antara desainer furnitur dengan pelaku industri. Kemudian untuk meningkatkan kualitas produk dilakukan penerapan SNI,” ucap Putu.
Untuk menciptakan iklim berusaha yang kondusif bagi pelaku industri furnitur, pemerintah memberi fasilitas insentif perpajakan (tax allowance, tax holiday, super deduction tax), preferensi tarif, ketentuan lartas, serta kemudahan prosedur ekspor produk jadi dan impor bahan baku atau bahan penolong.
“Selain terus meningkatkan pasar ekspor, pelaku industri furnitur juga diharapkan agar tidak meninggalkan pasar dalam negeri. Dengan inovasi-inovasi produksi yang lebih efisien maka konsumen dalam negeri juga akan dapat menikmati produk furnitur berkualitas karya anak bangsa,” tuturnya.
Putu mengemukakan meningkatnya kesadaran lingkungan dari konsumen diharapkan dapat memacu pelaku industri untuk terus melakukan perbaikan-perbaikan dalam produksi sehingga bisa lebih efisien, bersumber dari bahan baku lestari, ramah lingkungan, menerapkan konsep circular economy, berperan dalam penurunan emisi gas rumah kaca, serta dapat menghasilkan produk berbasis eco-design.
Editor: Ranto Rajagukguk