Elon Musk: AI Berpeluang Hilangkan Semua Pekerjaan

marketeers article
Elon Musk. (FOTO: 123rf)

Elon Musk, miliarder asal Amerika Serikat (AS) berpendapat kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) pada akhirnya bisa membuat semua orang kehilangan pekerjaan. Teknologi itu bisa menjadi potensi kekuatan yang bahkan bisa mengganggu di sejarah kehidupan manusia.

“Kita akan memiliki sesuatu yang untuk pertama kalinya, lebih cerdas dari manusia yang paling cerdas,” kata CEO Tesla, SpaceX, platform media sosial (medsos) X, dan startup AI xAi itu, seperti dikutip dari CNBC, Jumat (3/11/2023).

Dia belum bisa memprediksi kapan momen seluruh pekerjaan tak lagi dibutuhkan dengan adanya perkembangan AI. Namun, dia menilai ke depan AI akan seperti jin ajaib yang bisa memberikan apa pun yang diinginkan setiap orang tanpa batas, mau itu hal baik atau buruk.

BACA JUGA: Dilakukan Yoo Ah In, Begini Bahaya Penyalahgunaan Propofol

“Saya tidak tahu apakah itu membuat orang nyaman atau tidak. Salah satu tantangan di masa depan adalah bagaimana kita menemukan makna dalam hidup,” ujarnya.

Musk telah beberapa kali memperingatkan ancaman yang ditimbulkan oleh AI terhadap kemanusian. Bahkan, ia menganggap AI bisa lebih berbahaya daripada senjata nuklir.

Musk menjadi salah satu dari banyak pemimpin teknologi yang mendesak untuk menghentikan pengembangan AI yang lebih canggih daripada software OpenAI GPT-4. Hal itu ia utarakan dalam surat terbuka yang dirilis awal tahun 2023.

BACA JUGA: Ramai Boikot Produk Israel di Indonesia, Ini Daftarnya!

Pemimpin teknologi lainnya tidak setuju dengan pandangan itu, termasuk bos Palantir Alex Karp. Karp berpendapat kekhawatiran itu sengaja ditimbulkan karena banyak yang tidak memiliki produk AI serupa.

Di sisi lain, komentar Musk bertepatan dengan penutupan pertemuan di Bletchley Park, Inggris yang mana para pemimpin dunia setuju untuk membuat komunikasi global tentang AI. Mereka bersepakat tentang adanya risiko teknologi tersebut bagi kemanusiaan.

Para ahli teknologi dan pemimpin politik menggunakan pertemuan tersebut untuk memperingatkan tentang ancaman eksistensial yang ditimbulkan oleh AI, bahkan adanya skenario kiamat yang mungkin terjadi dengan adanya penemuan kecerdasan superhipotesis.

Pertemuan tersebut melihat AS dan Cina, dua negara yang paling tegang berhubungan dalam hal teknologi setuju untuk mencapai konsensus global tentang cara mengatasi sejumlah pertanyaan tentang AI. Hal itu termasuk bagaimana mengembangkannya dengan aman dan mengaturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related