Elon Musk kembali melontarkan prediksi kontroversial seputar masa depan teknologi. Kali ini, ia menilai profesi dokter bedah bisa tergantikan oleh kecanggihan robot berbasis kecerdasan buatan (AI) dalam waktu dekat.
Menurut Musk, robot bahkan tidak hanya akan melampaui kemampuan ahli bedah biasa, tetapi juga para ahli bedah terbaik dalam lima tahun ke depan. Hal ini ia sampaikan melalui akun X sebagai tanggapan atas perusahaan Medtronic yang menggunakan robot dalam lebih dari 130 operasi, termasuk prosedur pada prostat, ginjal, dan kandung kemih.
“Robot akan melampaui ahli bedah manusia yang baik dalam beberapa tahun, dan mengungguli ahli bedah terbaik dalam waktu sekitar lima tahun,” tulis Musk, dikutip dari Live Mint, Rabu (30/4/2025).
BACA JUGA: 3 Pekerjaan yang Tak Akan Tergantikan AI Versi Bill Gates
Ia menambahkan perusahaannya, Neuralink, juga telah menggunakan robot dalam proses pemasangan elektroda ke otak karena kecepatan dan ketelitian yang dibutuhkan tak bisa dicapai oleh manusia.
“Manusia tidak mungkin mencapai tingkat presisi yang diperlukan,” ujarnya.
Tak berhenti di sana, Musk juga sebelumnya pernah menyebut bahwa Grok, chatbot AI milik perusahaannya, mampu mendiagnosis cedera medis. Namun, klaim ini dipatahkan oleh Grok sendiri.
Chatbot tersebut justru mengaku hanya bisa memberi informasi umum, lalu menyarankan agar pengguna tetap berkonsultasi ke tenaga medis profesional untuk diagnosis dan pengobatan yang akurat.
BACA JUGA: Rekrutmen Gunakan AI untuk Seleksi CV, Akali dengan Cara Ini
AI Makin Dilirik untuk Dunia Medis
Elon Musk bukan satu-satunya tokoh teknologi yang optimistis AI akan mendominasi dunia medis. CEO Google DeepMind, Demis Hassabis, juga menyatakan AI berpotensi menyembuhkan semua penyakit dalam beberapa tahun ke depan.
Sementara itu, OpenAI juga mengeklaim banyak pengguna yang memanfaatkan ChatGPT untuk mencari solusi atas masalah kesehatan mereka. Microsoft bahkan meluncurkan alat diagnostik untuk mendeteksi penyakit langka, yang menurut CEO Satya Nadella bisa membawa perubahan besar dalam hidup banyak orang.
Meskipun teknologi ini menawarkan segudang peluang, penggunaan AI di bidang medis masih menuai kekhawatiran. Pasalnya, model AI generatif yang digunakan saat ini masih rawan “berhalusinasi”, yang mana memberikan informasi yang salah namun terdengar meyakinkan.
Risiko ini jauh lebih besar jika diterapkan dalam dunia kesehatan, sebab kesalahan diagnosis bisa berdampak fatal bagi pasien. Terlebih lagi, regulasi terkait penggunaan AI dalam dunia medis masih belum jelas, sehingga penentuan tanggung jawab ketika terjadi kesalahan menjadi sulit.
Editor: Ranto Rajagukguk