Evolusi Beragam Channel Media Sosial dan Implikasinya pada Brand

profile photo reporter Marketeers
Marketeers
11 Agustus 2023
marketeers article
Evolusi Beragam Channel Media Sosial dan Implikasinya pada Brand. (FOTO: 123rf)

Oleh: Sandy Ariandi, General Manager SAC Indonesia

Era digital telah mengubah lanskap bisnis secara mendasar. Peran media sosial tak lagi bisa diabaikan, melainkan telah menjadi elemen utama dalam strategi pemasaran dan branding perusahaan. 

Di tengah laju kemajuan teknologi, berbagai platform media sosial bermunculan dengan segala keunikannya. Namun, pertanyaan yang muncul adalah apakah setiap brand harus mengikuti tren ini untuk tetap relevan dan terhubung dengan audiens? 

Jawabannya, ternyata, tidaklah pasti, karena hal ini sangat tergantung pada karakteristik unik dari masing-masing brand.

Media Sosial sebagai Tulang Punggung Pemasaran dan Branding

Media sosial telah menjadi tulang punggung strategi pemasaran, bahkan dalam hal membangun citra brand. Hal ini tercermin dalam peran pentingnya dalam membangun kepercayaan dan hubungan yang kuat dengan konsumen. 

Citra yang kredibel di media sosial mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap suatu brand. Selain itu, media sosial juga menjadi wadah interaksi langsung dengan konsumen, yang mana informasi dan promosi dapat diperbarui dengan cepat. 

Bahkan, kemunculan platform baru seperti Thread oleh Meta serta perubahan nama Twitter menjadi ‘X’, membuktikan keberadaan media sosial sebagai jantung interaksi global.

Fenomena “Centang Biru” yang Memikat

Baru-baru ini, sorotan tertuju pada fenomena “centang biru” di platform media sosial berbayar. Diskusi mengenai fitur ini, yang juga dikenal sebagai “sentuhan biru”, tengah memanas. 

Sebelumnya, fitur ini hanya bisa diperoleh melalui pengikutan algoritma dari platform media sosial tertentu. Namun, seiring waktu, fitur ini tak hanya sekadar status, melainkan menjadi tanda nilai yang signifikan, terutama dalam konteks bisnis. 

Centang biru memiliki daya tarik untuk memberikan nilai tambah pada akun atau bahkan brand, karena menunjukkan keaslian dan keabsahan. Namun, dampaknya jadi tergerus saat fitur ini dapat diperoleh melalui pembayaran, yang kemudian menciptakan potensi akun ‘bodong’.

Membedah Pemilihan Platform Media Sosial yang Pas

Memilih platform media sosial yang sesuai dengan karakteristik brand menjadi tantangan yang tak bisa diabaikan. Pertimbangan karakteristik dan demografi pengguna di masing-masing platform penting untuk menentukan pilihan yang tepat. 

Instagram, sebagai contoh, lebih cocok bagi brand dengan konten visual yang menarik, sedangkan Twitter (sekarang menjadi ‘X’) lebih cocok untuk brand yang ingin berinteraksi secara langsung dengan audiens dalam format pendek. Selain itu, analisis tren dan penggunaan platform juga menjadi faktor penting. 

Apakah platform tersebut sedang naik daun dan aktif digunakan oleh audiens target? Belajar dari kesuksesan brand lain dalam memanfaatkan platform tersebut akan memberikan pandangan berharga dalam merumuskan strategi media sosial yang efektif.

Social Commerce: Perlu atau Tidak?

Dalam lingkup industri B2B, pendekatan pemasaran digital lebih fokus pada membangun hubungan dan kolaborasi antar bisnis. Prioritas utamanya adalah membangun kepercayaan dan memperkuat relasi bisnis dengan mitra. 

Media sosial dan platform digital digunakan untuk berbagi informasi tentang solusi bisnis, memberikan pengetahuan berharga, dan menjalin interaksi yang lebih pribadi dengan pelanggan potensial. Kepercayaan, profesionalitas, dan keandalan menjadi poin penting dalam membangun citra brand di dalam industri ini.

Namun, di sektor B2C, peran pemasaran digital lebih langsung dalam menarik konsumen akhir. Fokusnya adalah, selain berinteraksi dengan konsumennya namun juga diharapkan terjadi penjualan langsung. 

Platform media sosial atau yang lebih dikenal sebagai social commerce, menjadi pusat perhatian dalam brand-brand pada kategori ini. Kreativitas dan daya tarik menjadi modal penting untuk menarik perhatian konsumen yang selektif dalam dunia persaingan yang ketat.

Mengikuti Tren Media Sosial

Tren konten, caption, dan hashtag di media sosial terus berkembang. User-generated content (UGC) kini semakin digandrungi karena memberikan dimensi otentik pada akun media sosial, terutama yang berkaitan dengan brand, dan berkontribusi dalam meningkatkan loyalitas pelanggan. 

Akan tetapi, generasi Z cenderung melihat UGC sebagai konten yang sengaja dibuat oleh pemasar lepas atau micro-influencer. Berdasarkan riset internal Google, 40% pengguna usia 18-24 tahun menggunakan media sosial sebagai mesin pencari utama. 

Studi Hootsuite menunjukkan caption berbasis kata kunci mampu meningkatkan jangkauan hingga 30%, melampaui hasil yang dicapai dengan penggunaan hashtag. Oleh karena itu, strategi kata kunci menjadi elemen kunci dalam menciptakan konten yang menarik. 

Penggunaan caption di video juga menjadi tren pada tahun 2023. Banyak penonton cenderung menonton video hingga selesai jika ada caption yang disediakan. 

Brand dan individu perlu mempertimbangkan penggunaan caption di video sebagai cara efektif untuk mempertahankan minat penonton. Tak hanya itu, kata kunci yang terintegrasi dalam caption juga akan menarik perhatian sejak awal.

Era digital membawa perubahan besar dalam dunia pemasaran, dengan media sosial menjadi salah satu alat utama. Meskipun memiliki potensi positif yang besar, brand juga harus dapat mengelola potensi dampak negatif seperti kritik dan saran yang muncul di dunia maya. 

Kedua potensi ini sudah harus disadari dan disiapkan di dalam mengelola brand untuk pemenuhan kepuasan konsumen.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related