Fakta Kesehatan Gigi dan Peluang Bisnisnya di Indonesia

marketeers article
21223946 close-up of open mouth during oral checkup at the dentist’s

Pepsodent ungkapkan hasil survei global tentang dampak dari kesehatan mulut pada kehidupan anak-anak, yaitu potensi akademis serta rasa percaya diri mereka sebagai bekal di masa depan. Hasil utama survei ini menyatakan banyaknya anak Indonesia yang mengalami keluhan sakit gigi selama satu tahun terakhir yaitu sebesar 64%, yang mana 41% dari mereka menyatakan intensitas rasa sakitnya mencapai tingkat sedang hingga berat.

“Masalah ini ternyata menyebabkan mereka menemui banyak kesulitan di sekolah, baik dalam meraih prestasi akademis maupun bersosialisasi,” terang Ratu Mirah Afifah, Division Head for Health & Wellbeing and Professional Institutions Yayasan Unilever Indonesia.

Akibat sakit gigi, 37% anak mengaku harus absen dari sekolah dengan jumlah absen rata-rata dua hari per anak dalam setahun. Rasa sakit pun menyebabkan 29% dari anak-anak tersebut mengalami gangguan tidur sehingga terpaksa harus sekolah dalam keadaan mengantuk. Didapati pula sebagian besar dari mereka sulit berkonsentrasi dan tidak bisa turut aktif dalam berbagai kegiatan sekolah, akhirnya kemampuan mereka untuk menyerap materi pelajaran menjadi sangat terganggu.

“Anak-anak yang bermasalah dengan gigi dan mulut cenderung dua kali lebih rentan untuk mengalami krisis kepercayaan diri, kesulitan bersosialisasi bahkan menolak untuk memperlihatkan senyum mereka dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki gigi dan mulut yang sehat,” lanjut Mirah.

Meskipun 90% dari orangtua di Indonesia yang terlibat di dalam survei ini mengaku bahwa anak-anak mereka sudah menyikat gigi dua kali sehari, namun 24% dari mereka memperbolehkan anak-anaknya untuk terkadang melewatkan sikat gigi pada malam hari.

Bahkan 21%nya menjadikan hal ini sebagai sebuah bentuk reward. Belum lagi, 79% dari orangtua juga menyebutkan bahwa mereka baru mengajak anak mengunjungi dokter gigi saat masalah sudah timbul, bukan sebagai kunjungan rutin yang seharusnya dilakukan minimal enam bulan sekali. Hal ini akhirnya menyebabkan anak-anak menjadi lebih rentan untuk mengalami sakit gigi.

Data Riskesdas 2018 menujukkan hanya 2,8% masyarakat berusia tiga tahun ke atas yang memiliki perilaku menyikat gigi dua kali sehari, yaitu pagi dan malam. Hal ini yang antara lain menyebabkan 90,2% anak Indonesia berumur lima tahun memiliki masalah gigi berlubang.

Di kelompok usia dewasa, yaitu usia 35-44 tahun. Dilaporkan bahwa 92,2% memiliki masalah gigi berlubang. Data lain juga menyebutkan bahwa dari 57,6% penduduk Indonesia yang mengakui mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut, hanya 10,2% dari mereka yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis.

Editor: Sigit Kurniawan

Related