Apakah Anda merasa kalau cuaca akhir-akhir ini cukup dingin meski idealnya memasuki musim kemarau? Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan ini adalah fenomena bediding, yang mana terjadi pada Juli 2024.
Fenomena ini telah melanda Jawa Timur sejak pekan lalu, sebagaimana terlihat dari unggahan Instagram @pemprovjatim. Ini juga berpotensi terjadi di sejumlah wilayah Indonesia, termasuk Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara yang notabene berada di selatan garis khatulistiwa.
Bediding sendiri merupakan fenomena saat suhu udara terasa sangat dingin, terutama pada malam menjelang pagi, yang terjadi pada awal musim kemarau. Istilah ini diambil dari bahasa Jawa, yakni bedhihding, karena fenomenanya kerap terjadi di pulau tersebut.
BACA JUGA: Mengenal Virus West Nile yang Merebak di Israel, Apakah Berbahaya?
Lantas, apa yang perlu dilakukan untuk menghadapi fenomena ini? Berikut penjelasannya yang dirangkum dari berbagai sumber:
Gunakan Pakaian Tebal
Agar tubuh tetap terasa hangat, gunakanlah pakaian tebal yang terbuat dari bahan wol, fleece, atau flannel selama bediding. Saat bepergian ke luar ruangan pun, gunakan pula kaus kaki tebal dan sarung tangan.
Minum Air Putih
Pastikan tubuh terhidrasi dengan cara mengonsumsi banyak air putih. Hindari minuman manis atau beralkohol karena justru dapat menyebabkan dehidrasi dan melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat lebih rentan terhadap penyakit.
BACA JUGA: Tak Perlu Joki, 3 Fitur di Strava Ini Bikin Termotivasi Olahraga
Konsumsi Makanan Bernutrisi
Konsumsilah makanan bergizi yang kaya akan protein dan mengandung vitamin C, vitamin D, serta zinc dari sayur-sayuran, biji-bijian, atau sumber protein lainnya untuk menjaga kekebalan tubuh. Hindari pula makanan olahan dan tinggi gula yang dapat melemahkan tubuh.
Istirahat yang Cukup
Tak kalah penting, hadapi fenomena bediding ini dengan istirahat yang cukup, yaitu sekitar 7-8 jam. Sebab saat tidur, tubuh melepaskan hormon yang meningkatkan sistem kekebalan tubuh, melawan infeksi, dan membangun sel-sel baru.
Editor: Ranto Rajagukguk