Fenomena Pembayaran Paylater Yang Perlu Kita Pahami

marketeers article
Ada Resesi Global, Kredivo Pastikan Bisnis Paylater Tetap Tumbuh. (FOTO: Dok Kredivo)

Paylater atau konsep beli sekarang, bayar nanti menjadi sebuah fenomena khusus. Terutama saat peningkatan tren belanja daring yang terjadi pada tahun 2020. Konsep pembayaran yang mirip dengan metode kartu kredit, namun dengan syarat yang lebih mudah ini menjadi nilai tambah bagi layanan keuangan digital.

Studi dari Coherent Market Insights pada tahun 2019 mengatakan pasar paylater global akan tumbuh menjadi US$ 33,6 juta pada tahun 2027 dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata (CAGR) lebih dari 21.2%.

Di Indonesia, layanan ini terus mendapatkan perhatian. Fintech Report 2020 dari DailySocial Research mengatakan ada tiga faktor utama penggunaan produk keuangan ini di Indonesia. Di antaranya adalah cocok dengan kebutuhan masyarakat (66,7%), menghemat waktu (58,8%), dan menjadi alternatif produk keuangan (56,9%).

Fenomena ini menyebabkan terjadinya persaingan untuk dapat memenangkan pasar. Sejumlah investor melihat pesatnya pertumbuhan keuangan digital termasuk paylater di Indonesia sebagai ladang hijau untuk dikembangkan. Ke depannya, pelaku industri harus siap untuk menghadirkan inovasi dan ide baru di layanan paylater-nya.

“Kredivo percaya bahwa paylater akan terus tumbuh seiring adopsi digital di tengah rendahnya penetrasi kartu kredit. Pada tahun 2020, pengguna Kredivo berhasil tumbuh tiga kali lipat,” kata Umang Rustagi, CEO Kredivo.

Dalam menghadapi persaingan ini, Kredivo yang notabene adalah salah satu pionir di layanan ini mengaku tetap menyusun strategi dan inovasi agar bisa bersaing. Umang mengungkapkan ada dua kekuatan yang dimiliki Kredivo untuk memenangkan pasar. Yaitu bunga rendah dan jangkuan yang luas.

Hal lain yang membuat layanan paylater diprediksi tumbuh positif adalah perbedaannya dengan implementasi adopsi yang berbeda di tiap negara. Di negara-negara maju yang memiliki penetrasi kartu kredit tinggi, paylater hanya bersifat sebagai pilihan. Namun, di Indonesia pilihan ini menjadi esensial. Paylater menjadi akses kredit bagi masyarakat.

“Meskipun peluang komersialnya tinggi, harus ditegaskan bahwa prediksi dan penetrasi ini harus dibarengi dengan edukasi finansial yang mumpuni. Sehingga, kehadian platform keuangan digital dan berbagai fiturnya seperti paylater benar-benar memberi solusi akses keuangan untuk semua orang,” tegas Umang.

Disamping strategi, diharapkan sikap optimistis pemain industri paylater tidak gegabah. Mereka harus tetap menerapkan prinsip responsible lending sehingga kredit yang diberikan sesuai dengan kemampuan nasabah. Edukasi dan pengayaan fitur juga dibutuhkan agar dampak teknologi keuangan lebih besar dan kuat.

“Kami menargetkan 10 juta nasabah pada tahun 2020 melalui solusi pembayara yang cepat, terjangkau, dan mudah diakses,” pungkas Umang.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related