Benarkah Industri Fesyen E-Commerce Sudah Jenuh?

marketeers article
16573635 smiling group of young friends with dog

Saat ini, pasar Indonesia sedang dipenuhi oleh beragam fesyen e-commerce. Pemain dalam skala yang besar, menengah, dan kecil terus berebut kue yang sebenarnya tidak akan pernah habis. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah industri fesyen e-commerce telah mengalami titik jenuh, mengingat semua hampir menawarkan layanan dan produk yang mirip.

“Jenuh sih tidak, fesyen itu orang suka belanja baju yang sedang tren ya mereka cari toko yang jualan barang tersebut. Fashion e-commerce secara layanan memang mirip-mirip. Paling utama pada akhirnya barangnya bagus apa tidak. Barang lebih penting dari layanannya,” ujar Jason Lamuda Jason Lamuda selaku CEO PT Berrybenka, salah satu pemain di industri fesyen e-commerce.

Baginya gebrakan dalam industri fesyen e-commerce ujung-ujungnya akan kembali pada produk yang disajikan. Peningkatan fitur layanan seperti chat yang disajikan oleh para pelaku bagi Jason hanya akan membuat konsumen merasa lebih dekat dengan penjualnya

“Fesyen tidak sama dengan jualan handphone yang memamerkan fitur yang ada di dalamnya. Di industri fesyen lebih kepada produk apa yang dijual dan ketersediaan dari produk tersebut,” tambah Jason.

Saat ini, Berrybenka mengeluarkan layanan COD 2.0 di pop-up store yang dimiliki Berrybenka. Layanan ini memungkinkan konsumen untuk mencoba terlebih dahulu barang yang akan dibeli. Ketika barang yang dicoba dirasa cocok dan sesuai konsumen tinggal membayarnya. Apabila tidak cocok, barang tidak perlu dibayar.

“Sebenarnya orang mau belanja online itu takut bajunya nanti muat apa tidak. Kami mencoba untuk mengeliminasi risiko barang yang mau beli oleh konsumen dengan menciptakan fitur tersebut,” ujarnya.

Industri fesyen merupakan ujung rantai dari industri tekstil yang memiliki nilai tambah tinggi serta sebagai salah satu dari 16 kelompok industri kreatif yang berperan penting dalam perekonomian nasional.

Berdasarkan data BPS, nilai ekspor produk fesyen pada tahun 2015 mencapai US$ 12,11 miliar dengan pasar utama Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Selanjutnya, kontribusi industri fesyen terhadap PDB nasional sebesar 1,21%. Sedangkan, sebagai sektor padat karya, industri fesyen mampu menyerap tenaga kerja sebanyak dua juta orang atau 14,7% dari total tenaga kerja di sektor industri.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related