Fight Back, Suzuki Siap Kembalikan Posisi Mereka di Pasar

marketeers article
Suzuki Bike Meet 2018 dan Jambore Nasional di Sirkuit Internasional Sentul

Dunia otomotif roda dua di Indonesia dalam satu dekade terakhir mungkin terasa membosankan bagi para pehobi industri ini. Pasalnya, peta persaingan dari tahun ke tahun hanya dikuasai oleh dua pemain yang sangat mendominasi, Honda dan Yamaha. Bahkan, sampai akhir tahun 2017, pangsa pasar keduanya lebih dari 90%. Honda memimpin dengan pangsa pasar 74,51%, dan Yamaha 22,9%. Pasar terlihat kurang seru ketika hanya dua pemain yang mendominasi.

Jika kondisi ini terus berlanjut, tentu ekosistem industri sepeda motor akan menjadi kurang sehat. Bukan tidak mungkin pemain lain di luar keduanya bisa mati di tengah jalan lantaran tidak mampu bersaing. Konsumen pun bisa dirugikan ketika nantinya terjadi praktik kartel dari para pemain. Seperti yang terjadi awal tahun lalu.

Dikutip dari Kompas.com, Februari 2017, upaya PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) dan PT Astra Honda Motor (AHM) atas keputusan kartel dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) ditolak Pengadilan Negeri Jakarta Utara (PN Jakut).

Begitu juga bagi pemain yang dominan. Ketidakadaanya kompetisi akan mematikan kreativitas mereka. Seperti yang dikatakan oleh Nancy Pearcey penulis asal Amerika yang menyebutkan bahwa

“Competition is always a good thing. It forces us to do our best. A monopoly renders people complacent and satisfied with mediocrity”

Melihat perjalannya, pada tahun 2005 Suzuki pernah menempel ketat Honda dan Yamaha. Menurut data AISI tahun 2005, Suzuki masih menempel ketat Honda dan Yamaha di posisi tiga besar. Secara berurutan, Honda menjual sekitar 2,6 juta unit sepeda motor, Yamaha 1,2 juta unit, dan Suzuki 1 jutaan unit.

Setelah itu, performa Suzuki berangsur turun dan mulai tersalip oleh Kawasaki pada tahun 2015. Tidak ingin berlarut dalam ketertinggalan, Suzuki pun menyatakan ambisinya untuk fight back.

“Beberapa tahun terakhir performa Suzuki memang menurun. Kami pun terus mengupayakan posisi kami di industri ini,” ujar Seiji Itayama, Managing Director 2W PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) saat ditemui pada Suzuki Bike Meet 2018 di Sentul beberapa waktu lalu.

Sebelumnya, Head of GSX Project Aris Indratmojo mengatakan bahwa Suzuki tengah berbenah, baik dari sisi produk juga layanan.

“Kami tengah fight back dan tengah menjembatani generasi saat ini. Lantaran Suzuki sangat dicintai oleh konsumen yang telah berumur. Konsumen ini pun loyal dan tahu persis kualitas dan performa Suzuki. Sementara, konsumen muda saat ini banyak yang menjadi pengikut dari teman-temannya,” jelas Aris.

Dengan kata lain, Suzuki harus melakukan branding untuk konsumen muda saat ini. Upaya ini pun mereka kerahkan ke komunitas-komunitas pecinta Suzuki. Salah satunya dengan gencar menggelar Suzuki Bike Meet di hampir seluruh wilayah di Indonesia. Upaya ini bertujuan membangun tim advokasi yang bisa menjadi referensi pembelian konsumen lainnya.

“Dari survei yang kami lakukan, saat ini dari sisi brand kami tengah tertutup oleh brand lain. Konsumen mesti merasakan produk kami terlebih dahulu. Ketika mereka tidak mencoba produk kami, mereka tidak akan beli. Ke depan kami akan banyak aktivitas dengan komunitas,” lanjut Aris.

Dengan cara ini, Suzuki ingin menggerek kembali brand mereka dan kepercayaan konsumen. Komunitas ini pun menjadi aset terbesar bagi Suzuki. Selain melalui komunitas, brand ambassador pun dikerahkan untuk membantu agar produk mereka terlihat. Seperti pada produk GSX 150 Series yang dipercaya ke artis Hamish Daud sebagai brand ambassador.

“Untuk strategi produk, kami tengah fokus memperkuat pasar yang besar konsumennya, seperti pasar skutik dan motor 150 cc. Setelah mampu mengembalikan kepercayaan konsumen baru kami penetrasi lebih luas,” ujar Yohan Yahya, Sales & Marketing 2W Department Head PT SIS.

Salah satu produk yang sangat baik memerankan perannya adalah GSX Series di pasar motor sport 150 cc. Di awal kehadirannya pada awal tahun 2017, motor ini ditargetkan untuk merebut 15% pangsa pasar di kelasnya. Target ini pun telah terlampaui dengan baik.

Bangun Layanan Purna Jual yang Lebih Baik

Selain upaya branding yang berbasis pada komunitas, Suzuki juga membenahi layanan mereka. Para diler, service center dan elemen layanan purna jual semua dibenahi. Suzuki yang dulu terkenal dengan suku cadang yang mahal pun mulai memudar.

Rantai pasokan mereka pun diperkuat. Seperti yang baru-baru ini mereka lakukan di pasar Indonesia bagian timur dengan membangun Depo Suku Cadang di Makassar.

Selain itu, Suzuki pun memperluas jangkauan mereka dengan menggandeng banyak bengkel umum sebagai rekan mereka. Bengkel Mitra Suzuki saat ini ada di 206 lokasi dengan sebaran 43 bengkel di Sumatera, 156 di Jawa, dan 7 untuk wilayah Bali/NTB/NTT.

“Sebetulnya Suzuki tidak ada masalah soal produk. Permasalahan ada pada ekuitas merek Suzuki dan ini akan kami bangun kembali lewat komunitas. Kami akan fight back untuk merebut pasar Indonesia,” tutup Aris.

Sejauh ini, bisa dibilang upaya Suzuki mulai membuahkan hasil. Masih menurut data AISI, sampai Januari 2018, AHM masih memimpin pasar dengan penjualan 345.957 unit. Sayangnya angka ini turun dibandingkan tahun lalu di angka 368.739 unit.

Data AISI pun menunjukkan bahwa pasar sepeda motor pada Januari 2018 justru didorong oleh Yamaha dan Suzuki yang membukukan pertumbuhan gemilang. Yamaha yang Januari 2017 membukukan penjualan 94.117 unit, mampu tumbuh di angka 122.989 unit pada Januari 2018. Begitu juga dengan Suzuki, pabrikan yang tengah fight back ini bisa membukukan penjualan 6.051 unit motor pada Januari 2018 dari tahun sebelumnya hanya menjual 3.511 unit.

Dari sisi merek, Suzuki pun mengalami peningkatan. Menurut riset Indonesia WOW Brand 300 yang dilakukan oleh Marketeers bersama MarkPlus Insight ke 5.800 responden di lima kota besar di Indonesia, yaitu Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Medan dan Makassar.

WOW Brand 300 Sepeda Motor Nasional

Pada riset ini, WOW Brand 300 mengukut dua hal, yakni Brand Advocacy Ratio (BAR) -untuk mengetahui berapa yang banyak mengetahui dan akhirnya merekomendasikan dan Purchase Advocacy Ratio (PAR) -seberapa besar orang yang kenal pada sebuah brand dan akhirnya membeli.

Dari temuan di atas bisa dilihat bahwa merek Suzuki memperlihatkan performanya merek mereka. Jika tahun 2017 posisi mereka di bawah Kawasaki, tahun ini Suzuki sudah di posisi tiga di bawah pemimpin pasar Honda dan Yamaha.

Editor: Sigit Kurniawan

Related