Fish Finder Modernisasi Perikanan Tangkap Jawa Barat

marketeers article
Autumn harvest of carps from fishpond to christmas markets in Czech republic. In Central Europe fish is a traditional part of a Christmas Eve dinner.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat punya strategi baru untuk meningkatkan produktivitas sektor perikanan tangkap di kawasan Jawa Barat. Dengan pemanfaatan teknologi Fish Finder, Jawa Barat siap mengakselerasi sektor perikanan berbasis Industri 4.0.

Tepat tahun lalu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat meluncurkan inovasi yang mendukung produktivitas para nelayan di wilayah ini. Fish Finder merupakan teknologi yang digunakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk mengakselerasi produktivitas tersebut.

Memang, teknologi ini bukanlah teknologi baru. Fish Finder telah dikenal sejak masa Perang Dunia, dan digunakan pada kapal perang. Namun, seiring berjalannya waktu, teknologi ini terus dikembangkan dan dimanfaatkan untuk sektor perikanan.

“Kita di Jawa Barat telah menerapkan teknologi 4.0 untuk nelayan. Para nelayan dilengkapi dengan sebuah alat bernama Fish Finder. Nelayan tidak perlu lagi menggunakan perasaan atau menebak di mana keberadaan ikan karena teknologi ini mampu mendeteksi titik-titik keberadaan ikan. Alhasil, jika seluruh nelayan sudah menggunakan alat ini maka saya prediksi pendapatan mereka akan meningkat,” jelas Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Menilik cara kerja teknologi Fish Finder ini, ada sejumlah fitur unggulan yang dimilikinya. Fish Finder dapat membantu nelayan untuk berkomunikasi dengan darat dan antar kapal, persoalan navigasi laut, informasi cuaca laut, hingga pengiriman pesan SOS. Teknologi ini juga dilengkapi dengan kompas GPS dengan titik koordinat yang pasti dan teknologi yang dapat memperkirakan keberadaan posisi ikan sehingga para nelayan dapat lebih mudah dan efisien melakukan pekerjaan mereka.

“Teknologi ini berangkat dari segudang permasalahan nelayan yang ada di Jawa Barat, salah satunya penggunaan cara tradisional dalam menangkap ikan yang kurang efisien. Dulu, nelayan hanya bergantung dengan menganalisis faktor-faktor alam, misalnya dengan melihat bintang untuk menentukan keberadaan ikan-ikan. Namun kini, semua lebih pasti dan lebih mudah dengan adanya teknologi,” kata Eri Donari, Kepala Bidang Perikanan Tangkap Provinsi Jawa Barat.

Fish Finder terdiri dari display berupa monitor dan tranducher. Tranducher berfungsi untuk memindai keberadaan ikan di laut. Nantinya, gerak laju ikan di bawah laut dapat dilihat di monitor. Hal tersebut membantu nelayan dalam menentukan titik pencarian ikan.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, penerapan teknologi Fish Finder di sektor perikanan membuat hasil tangkapan nelayan meningkat sampai 10 kali lipat. Dengan Fish Finder, nelayan dapat mengetahui keberadaan ikan, topografi bawah laut, dan kedalaman laut.

Hasil tangkapan nelayan secara rata-rata meningkat dari 300Kg ikan per sekali berlayar menjadi 3.000Kg ikan dalam satu kali berlayar. Untuk area penerapan teknologi ini, daerah Pelabuhan Ratu merupakan salah satu yang paling agresif pemanfaatannya. Di Perairan Teluk yang terletak di kawasan Samudera Hindia pada posisi 6º50’-7º30’ Lintang Selatan (LS) dengan luas wilayah ±27.210.310 Ha tersebut tercatat ada belasan perahu yang telah menggunakan teknologi Fish Finder.

Data hasil kajian Vessel Multi Aid (VMA) di kawasan Pelabuhan Ratu secara rata-rata menunjukkan, terdapat peningkatan kenaikan produksi. Pada 2018, rata-rata hasil tangkap mencapai 824kg dan meningkat menjadi 948kg. Sementara, konsumsi Bahan Bakar Minyak per liter yang semula 70Ltr pada tahun 2018 menurun menjadi 52Ltr di tahun 2019.

Dengan kesuksesan pilot project ini, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menargetkan untuk memperluas penetrasi penggunaan teknologi Fish Finder ke wilayah-wilayah lainnya di Jawa Barat.

“Kita sediakan Wi-Fi gratis di desa-desa.  Di Indramayu, kami memberi makan ikan dengan sentuhan gadget, nelayan di Sukabumi mencari ikan dengan Fish Finder melakukan sosialisasi dengan media sosial, kemudian kita ada Sapa Warga, termasuk berdagang dengan e-commerce,” tutur Emil.

Related