Fit dengan Target Pasar, Bisnis IndiHome Tumbuh Ekponensial

marketeers article

Pertumbuhan eksponensial dialami oleh lini bisnis fixed broadband Telkom Indonesia, IndiHome. Bahkan, IndiHome berhasil menjadi penyumbang pendapatan nomor dua terbesar bagi bisnis Telkom. Akselerasi pertumbuhan bisnis terjadi dalam dua tahun terakhir.

Menilik ke tahun 2017, IndiHome tercatat memiliki 2,9 juta pengguna. Angka ini meningkat menjadi 5,1 juta pengguna pada tahun 2018. Menutup tahun 2019, pengguna IndiHome tumbuh lebih besar dan mencapai tujuh juta pengguna. IndiHome berhasil menguasai 86% pasar Indonesia atau hanya menyisakan 14% dari kue fixed broadband bagi seluruh kompetitor mereka.

Akselerasi pertumbuhan ini tak lepas dari coverage IndiHome yang tersebar di 514 kabupaten dan kota madya. Co-investment secara strategis didorong ke kawasan 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) di Indonesia. Ketika langkah ekspansi para kompetitor terhalang oleh persoalan regulasi dan geografis, IndiHome bak diberikan lampu hijau untuk memacu bisnis mereka.

Pencapaian Indihome juga ditunjang oleh strategi pemasaran yang jitu.  Seluruh generasi  dirangkul, mulai dari segmen keluarga, milenial, hingga anak-anak. Tak berhenti di situ, masing-masing segmen diiris kembali dan dibidik dengan strategi pemasaran yang sesuai personalisasi masing-masing individu. Kuncinya, menciptakan layanan yang fit dengan target pasar yang dibidik.

“IndiHome memastikan agar layanan yang diberikan tidak hanya fit untuk tiga segmen pasar, melainkan benar-benar personalisasi dari keinginan masing-masing individu yang berbeda walau dari segmen pasar yang sama. Untuk itu, kami menghadirkan paket Add-On,” jelas Siti Choiriana, Direktur Consumer Service PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. “Semisal jika konsumen berkiblat ke Korea, mereka dapat memilih produk-produk yang memang terkait hal tersebut. Jadi, dari tiga segmen pasar itu, masing-masing kami lapis lagi.”

Tak tanggung-tanggung, IndiHome berani membayar mahal untuk menggandeng tiga brand ambassador ternama guna mewakili masing-masing segmen pasar mereka. Selain segmen keluarga, IndiHome juga serius menggarap pasar milenial yang begitu potensial. Namun, IndiHome juga telah mempersiapkan pasar masa depan mereka, yakni anak-anak.

“Khusus untuk segmen pasar milenial yang terkenal kurang loyal, kami punya strategi tersendiri. Dilakukan dengan membangun engagement melalui komunitas-komunitas pengguna. IndiHome juga mengerahkan para influencer yang dijuluki Sobat IndiHome untuk meningkatkan awareness kepada target konsumen milenial,” ujar perempuan yang biasa dipanggil Ana ini.

Untuk menyasar 40 juta konsumen masa depan mereka, yaitu anak-anak; IndiHome menyediakan Wifi Corner di 514 kabupaten/kotamadya secara gratis. Di lokasi ini, anak-anak dapat mengakses berbagai modul setingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, hingga setara Sekolah Menengah Kejuruan. Tersedia pula modul bagi para guru.

Tak hanya dapat mengakses digital book secara gratis, mereka juga dapat mengukur kemampuan pengetahuan melalui berbagai tes dan membedah kasus dalam modul tersebut. Cara ini diyakini Ana efektif. IndiHome dapat memperkenalkan brand mereka sejak dini kepada calon konsumen masa depan mereka dengan membangun brand awarenesss dan engagement sedini mungkin.

Tak berhenti sampai di situ, perempuan yang terpilih sebagai Best Industry Marketing Champion 2019 dari sektor telekomunikasi ini mengarahkan IndiHome going concern dengan digital touchpoint melalui aplikasi MyIndiHome. Kini, segala urusan terkait IndiHome dapat diselesaikan melalui aplikasi ini. Mulai dari manajemen janji, penambahan bandwith, dan berbagai layanan lain. Semua terintegrasi dalam satu aplikasi. Model pembayaran pun dilengkapi dengan beragam opsi, mulai dari debit, kartu kredit, hingga e-money.

“Jadi, secara coverage memang kami percepat. Pertemuan dengan konsumen kami permudah, dan dari segi layanan kami akselerasi. Jika dulu konsumen yang ingin menikmati layanan IndiHome harus menunggu 3-5 hari, kini bisa dalam satu hari. Jika terdapat gangguan, kami selesaikan dalam hitungan jam. Semaksimal mungkin tanpa harus mendatangkan teknisi  ke lapangan,” ujar Ana yang berhasil mengantar IndiHome mencapai pertumbuhan bisnis hingga 54% pada tahun ini.

Bergeser ke Tier Dua dan Ekspansi Global

Jika selama ini layanan IndiHome terpusat membidik pasar premium yang memiliki pengeluaran basis pendapatan minimum Rp 10 juta per bulan, kini IndiHome mulai memperluas pasar mereka. Tak ingin terus bermain di tier satu, Ana tengah mempersiapkan IndiHome masuk ke pasar tier dua.

“Strategi yang kami lakukan adalah merekonstruksi teknologi baru dengan menyiapkan IndiHome Light untuk masuk ke pasar ini (tier dua). Kami juga fokus masuk ke rumah-rumah tipe 45 yang banyak diminati generasi milenial. Jadi, kami merancang produk yang fit dengan mereka, namun dengan standar layanan yang tidak turun,” pungkas Ana.

Bagi Ana, menjaga kualitas tetap sama meski harga dibanderol berbeda merupakan Unique Selling Point yang menjadi diferensiasi IndiHome dengan kompetitor lain.

Yang menarik, IndiHome mencoba membangun strategi-strategi pemasaran baru dengan mengasah kreativitas para pemimpin muda. Guna membawa angin segar bagi bisnis mereka, IndiHome memnempatkan hampir 400 fresh graduate sebagai Kepala Kantor di sekitar 1200 kantor IndiHome yang tersebar di Indonesia.

“Anak-anak muda yang menjadi Kepala Kantor akan memengaruhi strategi pemasaran di area yang mereka pegang dengan cara-cara baru. Kami siapkan talenta muda untuk menyentuh pasar milenial dan generasi yang lebih muda dengan strategi pemasaran yang berbeda. Ini sekaligus menjadi cara kami untuk mempersiapkan pemimpin Telkom di masa depan,” tegas Ana yang berhasil meraih The Best Industry Marketing Champion 2019 untuk Sektor Telko.

Dengan cara ini, Ana meyakini, IndiHome dapat terus mencatatkan pertumbuhan bisnis yang luar biasa dengan ekspansi pasar yang kian meluas. Bahkan, Ana optimistis dapat mewujudkan ekspansi bisnis IndiHome di Timor Leste per tahun 2020.

Related