Freemium: Taktik Marketing Startup dengan Model Bisnis Internet

marketeers article
freemium | sumber: 123rf

Di era internet, Anda pasti pernah menggunakan layanan produk freemium. Anda bisa mengakses layanan produk secara gratis, namun ketika ingin mendapatkan akses lebih jauh, maka Anda diminta melakukan pembayaran. 

Hal ini mungkin Anda rasakan ketika sedang mengakses beberapa aplikasi, seperti LinkedIn, Spotify, Dropbox hingga Zoom. Model bisnis ini menjadi populer karena memberikan pelanggan kemudahan untuk dapat merasakan pengalaman aplikasi tanpa harus membelinya terlebih dahulu. 

Namun, apakah model bisnis freemium benar-benar menguntungkan secara bisnis? Simak penjelasannya pada artikel berikut ini:

Apa itu model bisnis freemium?

Freemium merupakan kombinasi kata dari free dan premium. Menurut Investopedia, freemium menjadi model bisnis yang menawarkan fitur produk atau layanan kepada pengguna tanpa biaya dan membebankan biaya premium hanya untuk fitur tambahan. 

Menurut Business Model Toolbox, freemium juga disebut sebagai model bisnis internet. Model bisnis freemium menawarkan layanan dasar secara cuma-cuma, sedangkan layanan tambahan hanya tersedia dengan biaya tambahan. 

Perusahaan yang menggunakan model bisnis ini akan menghasilkan pendapatan melalui penawaran produk premium. Layanan tambahan berbayar ini biasanya hanya menarik sejumlah kecil pelanggan. 

Akan tetapi, model ini dapat meraup sejumlah besar pengguna awal yang dapat diprospek lebih jauh oleh perusahaan. Model bisnis ini menawarkan biaya akuisisi pelanggan yang kecil, namun memiliki nilai seumur hidup yang tinggi.

Upaya yang harus dilakukan agar model freemium ini dapat berfungsi dengan baik adalah dengan memastikan pengguna premium benar-benar dapat mengakses lebih banyak fitur dibandingkan pengguna gratis. Layanan yang diberikan bisa berupa peningkatan penyimpanan, perpanjangan waktu akses, akses untuk seluruh layanan hingga layanan tanpa ada iklan. 

Freemium tidak hanya sekadar model bisnis, namun juga taktik marketing yang mendorong orang untuk rela mengeluarkan uang demi mendapatkan akses seluruh layanan yang ditawarkan.

BACA JUGA: Sustainable Business: Peran Pelaku Bisnis dalam Mewujudkan SDGs

Faktor kesuksesan freemium

Setidaknya terdapat dua faktor kesuksesan dari model bisnis ini, yaitu.

1. Value proposition-free dan premium

Anda perlu merancang dengan cermat nilai produk gratis yang berkaitan dengan produk premium. Jadikan layanan gratis dan premium yang Anda miliki menjadi diinginkan oleh pengguna. 

Berikan akses layanan dan penawaran yang menarik bagi pengguna premium agar pelanggan yang sudah Anda miliki dapat rela membayar tawaran produk Anda.

2. Rasio pelanggan gratis dan berbayar

Anda memang perlu memikat pelanggan baru dengan produk gratis. Namun, Anda juga perlu memperhatikan rasio pengguna gratis dan premium yang akan menjadi sumber pendapatan bagi bisnis Anda. 

Pro dan kontra model bisnis freemium

Dalam menjalankan model bisnis ini, Anda perlu mengetahui keuntungan dan kelebihan dari model bisnis freemium. Berikut beberapa pro dan kontra yang bisa Anda jadikan pertimbangkan. 

Pro

1. Customer acquisition

Model ini dapat dengan mudah menarik pengguna baru melalui penawaran produk layanan gratis. Perusahaan akan dapat mengetahui bagaimana calon pelanggan potensial dan mengumpulkan informasi dan data pengguna.

2. Marketing effect

Pengguna dapat dengan mudah menyebarkan informasi mengenai keuntungan dari penggunaan layanan yang bersifat gratis. Bagi perusahaan, mereka dapat menghasilkan pendapatan melalui iklan produk premium yang berpotensi menjadi sumber pendapatan.

3. Brand awareness

Makin banyak orang yang menggunakan layanan, maka akan kian besar kemungkinan mereka menarik pengguna lain. Dengan begitu, brand awareness dari produk akan semakin meningkat dan memiliki jangkauan yang lebih luas. 

BACA JUGA: Green Marketing: Cintai Bumi dengan Strategi Pemasaran Berkelanjutan

Kontra

1. Tidak ada konversi pelanggan premium

Pengguna tidak pernah melakukan konversi menjadi pengguna berbayar. Hal ini bisa terjadi karena banyaknya fitur versi gratis yang sudah membuat pelanggan puas dan enggan meningkatkan ke versi premium. 

Bagaimana cara mengonversi pelanggan gratis menjadi pelanggan berbayar?

Usaha mengubah pengguna gratis menjadi berbayar adalah sebuah inti dari model bisnis freemium. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan strategi dan taktik untuk dapat mendorong orang untuk membeli paket yang lebih mahal. 

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan. 

– Batasi fitur yang ditawarkan kepada pengguna gratis, sehingga mereka tergiur untuk meningkatkan layanan dan mendapatkan pengalaman yang lebih menyenangkan. 

– Tawarkan produk/layanan tambahan, seperti peningkatan penyimpanan, fleksibilitas akses, dan kemudahan akses lainnya. 

– Tawarkan layanan yang terkustomisasi sehingga membuat pelanggan menjadi lebih spesial dan memiliki hubungan dekat dengan produk.

Contoh produk freemium 

Spotify adalah platform online music streaming yang cukup populer di kalangan anak muda. Model bisnis freemium yang ditawarkan bisa dibilang cukup sukses dengan memiliki 381 juta pengguna dan 172 juta pengguna premium. 

Meskipun pengguna Spotify versi gratis memiliki kemampuan untuk mengakses semua musik yang sama dengan pengguna premium, mereka biasanya akan mendapatkan iklan ketika mendengarkan musik. Selain itu, pengguna gratis juga memiliki sejumlah fitur “lewati” pada lagu yang diinginkan. Bagi sebagian orang, hal ini menjadi keterbatasan dalam mengakses lagu-lagu yang diinginkan. 

Bagi pecinta musik yang ingin memiliki lebih banyak akses, kontrol, dan kualitas lagu yang lebih baik, maka mereka akan rela membayar versi premium yang sepadan dengan harganya. Pengguna premium akan dibebankan biaya bulanan yang memungkinkan mereka mendengarkan lagu apapun secara offline tanpa ada iklan. 

BACA JUGA: Market Development: Cermat Temukan Peluang dan Potensi Pasar Baru

Demikianlah pembahasan lengkap mengenai model bisnis freemium yang cukup menarik dan populer bagi dunia startup. Freemium tidak hanya sekadar model bisnis biasa, melainkan juga dapat menjadi strategi marketing yang mendorong orang untuk membayar layanan premium.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related