GandengTangan, Gotong Royong Beri Pinjaman Tanpa Bunga

marketeers article

Persoalan sosial seperti kemiskinan masih menjadi pekerjaan rumah bagi negeri ini. Tetapi, kemiskinan ini tidak serta merta selesai atau hilang dengan pemberian donasi maupun charity. Harus ada cara kreatif yang memberdayakan. Salah satunya dengan pemberian pinjaman. Dalam konteks inilah GandengTangan.org dibangun.

Apa itu GandengTangan? Menurut Jezzie Setiawan, Founder dan CEO, GandengTangan merupakan platform pembiayaan dengan sistem pinjaman tanpa bunga untuk membangun dampak sosial. Platform ini mengusung nilai gotong-royong untuk mengumpulkan dana pinjaman. GandengTangan sendiri merupakan wujud socioentrepreneur.

“Ada beberapa fakta yang mendorong kami membangun platform ini. Salah satunya, santunan atau charity tidak menyelesaikan kemiskinan dan itu bukan solusi. Padahal, setiap orang hasur memiliki akses pendanaan,” ujar Jezzie dalam sesi di Jakarta Marketing Week 2016 di Kota Kasablanka Mall, Jakarta, Jumat (13/5/2016).

Selain itu, sambung Jezzie, setiap individu di dunia ini memiliki tanggung jawab sosial. Jezzie bilang, setiap orang dipanggil untuk membuat dampak sosial.

“Lalu, teknologi memudahkan orang untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Konektivitas mampu membuat dan mempercepat perubahan,” katanya.

Sementara, bentuk pinjaman dipilih karena model ini bisa membuat orang yang menerima pinjaman bisa lebih bertanggung jawab dan mandiri. Mereka juga bisa membangun rekam jejak yang bagus yang menjadi modal di kemudian hari ketika mereka akan meminjam ke lembaga keuangan seperti bank.

“Alasan tanpa bunga tak lain dengan gotong royong, orang tidak akan memikirkan imbal hasil. Imbal hasil justru bisa dimanfaatkan untuk melipatgandakan manfaat sosial,” ujar Jezzie.

Untuk segmen investor yang dibidik, GandengTangan menyasar semua masyarakat yang memang ingin berkontribusi pada penciptaan dampak sosial. Dengan setengah juta penduduk Indonesia, misalnya, atau sekitar 84 juta jiwa, bila masing-masing meminjamkan Rp 50 ribu saja sudah terkumpul Rp 4,2 triliun.

Dana itu bisa digunakan sebagai pinjaman untuk pemberdayaan masyarakat. Contohnya, pemberdayaan komunitas perempuan tani Corro Uleng di Soppeng, Sulawesi Selatan.

Related