GAPENSI Prediksi Masa Depan Bisnis Konstruksi Indonesia

marketeers article

Bisnis konstruksi menjadi salah satu sektor industri yang paling terdampak pandemi COVID-19. Beberapa persoalan, seperti alokasi dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang diserap untuk penanganan COVID-19 hingga perilaku konsumen yang menahan daya beli menganggu stabilitas cashflow perusahaan konstruksi.

Lantas, masih adakah harapan bagi sektor bisnis konstruksi di tahun depan?

Errika Ferdinata, Wakil Sektretaris Jenderal Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI) masih optimistis mengenai nasib bisnis konstruksi. Pasalnya, beberapa proyek konstruksi yang tertunda di tahun ini akan dikebut mulai tahun depan.

“Serapan pemerintah mungkin terkendala APBD yang lebih banyak diserap untuk penanganann COVID-19 sehingga target yang telah ditentukan tidak bisa on track. Hanya saja, pemerintah kini telah memberikan bantuan karya tunai untuk sektor konstruksi,” ujar Errika dalam gelaran virtual Industry RoundTable: Actualizing the Post Normal: Year 2021 & Beyond from Utilities Industry Perspective di Jakarta, Jumat (13/11/2020).

Bicara soal kompetisi, pemain bisnis konstruksi nasional berskala kecil dan menengah menjadi pemain yang paling terancam. Di satu sisi, mereka harus berkompetisi dengan pemain bisnis konstruksi milik negara (BUMN) maupun swasta berskala besar. Ditambah, kehadiran para pemain asing yang mayoritas berasal dari China, Korea Selatan, dan Jepang.

Untuk itu, Gapensi mengimbau agar pemain bisnis konstruksi nasional berskala besar dapat melakukan scale up bisnis ke pasar global. Dengan cara ini, pemain bisnis konstruksi berskala kecil dan menengah pun tak perlu bersaing dengan para pemain konstruksi berskala besar.

Gapensi juga telah bermitra dengan rantai pasok lokal untuk bersama-sama bangkit dari pandemi. Hal ini terlihat dari upaya mereka untuk membangun sebuah databse yang lengkap guna menjawab tantangan supply and demand.

Database ini dapat memberikan informasi mengenai ketersediaan dan permintaan produk konstruksi di pasar.

Sebagai contoh, calon pembeli dapat mengetahui ketersediaan produk Semen Indonesia di Sumatera sehingga jika produk yang diinginkan tidak tersedia, calon pembeli dapat dengan mudah menemukan produsen yang menyediakan produk dalam jumlah yang dibutuhkan. Alhasil, tidak ada lagi alasan kekurangan supply yang kemudian diisi oleh perusahaan asing,” papar Errika.

Ke depan, ia meyakini jika sektor bisnis konstruksi akan semakin data driven, real time, dan memerlukan konektivitas di seluruh titik value chain.

Related