PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mencatatkan kerugian sebesar US$ 75,93 juta atau setara Rp 1,2 triliun (kurs Rp 16.524 per US$) pada kuartal I tahun 2025. Perseroan mempu menekan kerugian sebesar 12,54% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-yer/yoy) yang sebelumnya US$ 86,82 juta.
Wamildan Tsani, Direktur Utama Garuda Indonesia menjelaskan, dari sisi keuangan maskapai penerbangan pelat merah ini berhasil mencatatkan arus kas bersih dari aktivitas operasi sebesar US$ 162,27 juta. Capaian tersebut meningkat 87,15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).
BACA JUGA: Garuda Indonesia Group Catatkan Tingkat Ketepatan Waktu 87,28%
“Hal ini menunjukkan peningkatan efisiensi operasional dan penguatan likuiditas perusahaan,” kata Wamildan melalui keterangan resmi, Rabu (7/5/2025).
Adapun nilai rugi bersih tersebut terutama disebabkan oleh beban keuangan sebesar US$ 124,57 juta yang antara lain merupakan komitmen restrukturisasi pembiayaan, sebagai bagian dari strategi turn around jangka panjang.
BACA JUGA: Garuda Indonesia Turunkan Harga Tiket Mudik 14%, Ini Perinciannya
Kendati demikian, Wamildan menyikapi tren pertumbuhan ini dengan optimistis. Pasalnya, kinerja penerbangan tidak berjadwal atau charter yang melonjak menjadi katalis penting dalam memperkuat pondasi bisnis.
Pertumbuhan pendapatan dari segmen charter meningkat 92,88% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Pertumbuhan positif Garuda Indonesia ini ditopang lebih besar oleh peningkatan trafik pada pasar charter Umrah.
Hal tersebut mencerminkan keberhasilan strategi Garuda Indonesia tahun ini untuk makin mengoptimalkan perjalanan Umrah, serta didukung oleh pemulihan bisnis penerbangan global. Adapun pendapatan pangsa pasar charter Garuda Indonesia pada kuartal I tahun 2025 tercatat sebesar US$ 37,9 juta.
Pertumbuhan tersebut ditunjang oleh pencatatan trafik penumpang charter selama kuartal I tahun 2025 sebesar 24.618 penumpang tumbuh 104% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal tersebut turut terefleksikan melalui sedikitnya 69 penerbangan yang utamanya turut dikontribusikan oleh penumpang charter Umrah.
“Di saat yang sama, kami juga tengah mengakselerasi program optimalisasi kapasitas melalui penambahan armada, dengan target mencapai 100 pesawat hingga akhir 2025,” katanya.
Garuda Indonesia juga terus menjalankan program transformasi berkelanjutan yang mencakup refocusing anggaran, optimalisasi armada, serta peningkatan level of service.
Di sisi organisasi, berbagai pembaruan dilakukan termasuk pelatihan awak pesawat berbasis kinerja, sistem tunjangan yang lebih kompetitif, serta tata kelola dan strategi human capital yang selaras dengan praktik industri.
“Dengan tren arus kas yang positif dan dukungan kesiapan sinking fund yang proporsional, kami tetap berkomitmen untuk menjaga ketahanan finansial dan pemenuhan kewajiban usaha, baik jangka pendek maupun jangka panjang,” tutur Wamildan.