Genap Satu Dekade, Irama Nusantara Gelar Rangkaian Irama

marketeers article
Sumber: Irama Nusantara

Irama Nusantara, yayasan yang fokus mengarsipkan musik menggelar acara bertajuk “Rangkaian Irama” selama satu bulan, dari 16 September hingga 15 Oktober 2023, di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta. Sejak berdiri pada tahun 2013, Irama Nusantara telah mengarsipkan 7.870 rekaman (tercatat hingga 17 Agustus 2023), mulai dari era 1920-an hingga 2000-an. 

Dalam misinya, yayasan ini berfokus pada digitalisasi musik Indonesia dari berbagai format, termasuk shellac, vinyl, dan kaset. Dian Onno, Ketua Yayasan Irama Nusantara menyampaikan sejak yayasan tersebut berdiri pada tahun 2013 silam, para anggota sangat yakin arsip merupakan salah satu kepingan vital yang kurang dari ekosistem ini. 

Selama sepuluh tahun belakangan, berbagai obrolan hingga wacana bermunculan secara organik.

“Dari pendengar musik, kolektor, seniman, pegiat industri, hingga akademisi datang meramaikan aktivitas kami. Tidak jarang, arsip ini membantu menjembatani berbagai permasalahan, atau menghubungkan beberapa pihak yang sebelumnya tidak terhubung. Secara umum, ternyata arsip ini merangkai hal yang samar menjadi lebih terpadu,” katanya.

BACA JUGA: Langkah Vietjet dalam Membangun Positioning di Pasar Penerbangan

Terdapat empat program utama dalam ”Rangkaian Irama”, yaitu pameran arsip dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas, kongres Konferensi Ria: Arsip Nusantara, forum diskusi Bisik-Bisik Musik, dan festival musik Irama Berdendang. Semuanya memberikan pengalaman menyelami dekade lampau kultur-pop Indonesia, sekaligus memantik diskusi mengenai hal-hal yang menarik dan penting untuk keberlangsungan musik Tanah Air.

Pameran arsip Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas mengambil latar waktu tahun 1960 hingga 1969. Bisa dibilang, dekade ini adalah tonggak penting industri musik Indonesia. 

Pengunjung dapat melihat arsip yang dipamerkan dalam program ini selama sebulan penuh, mulai Sabtu, 16 September sampai Minggu, 15 Oktober 2023. Arsip Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas dipamerkan dalam tiga zona, yaitu zona yang memperlihatkan awal mula perkembangan industri musik populer Indonesia (pra 1960-an), zona yang memperlihatkan industri musik populer Indonesia di bawah kekuasaan Orde Lama (1960-1965), dan zona yang mengajak pengunjung menyelami potret industri musik populer di bawah kekuasaan Orde Baru (1966-1969).

Sejumlah film Indonesia pilihan dari dekade 1960-an juga akan diputar untuk umum setiap akhir pekan, sepanjang pameran berlangsung. Enam judul film yang akan diputar adalah Amor & Humor (1961), Liburan Seniman (1965), Di Balik Tjahaja Gemerlapan (1967), Bintang Ketjil (1963), Cheque AA (1966), dan Big Village (1969).

BACA JUGA: IIMS 2024, Padukan Pameran Otomotif dengan Pertunjukan dan Pagelaran Musik

Program selanjutnya adalah Konferensi Ria: Arsip Nusantara yang digelar pada Sabtu, 14 Oktober 2023. Ini merupakan ruang temu dan berbagi pengalaman para pegiat arsip budaya populer dari seluruh Indonesia. 

Melalui program ini, para pengarsip dapat mengenal ragam metode pengarsipan yang dilakukan para arsiparis dan komunitas sekaligus networking. Selanjutnya, program diskusi bertajuk Bisik-Bisik Musik, yang digelar pada 14 Oktober 2023. 

Program ini bertujuan untuk mengangkat dialog terkait arsip musik populer Indonesia dari sudut pandang historis, industri, akademik, dan juga penggunaan Hak Kekayaan Intelektual. Terakhir, program Irama Berdendang yang akan digelar pada 14 dan 15 Oktober 2023. 

Lebih dari 20 artis akan terlibat dalam pertunjukan musik dengan konsep tribute, cover-version, dan DJ set. Beberapa artis pengisi Irama Berdendang antara lain Diskoria, Nonaria, Bangkutaman, Kurosuke, The Panturas, hingga Kenang-Kenangan Roekiah oleh Louise Monique & Galabby Thahira.

Berdasarkan penuturan Gerry Apriryan, Program Manager Irama Nusantara, “Rangkaian Irama” bertujuan untuk memperlihatkan apa yang sudah Irama Nusantara lakukan selama sepuluh tahun ini. Yayasan ini ingin memperlihatkan ke publik secara lebih luas terkait posisi arsip dalam ekosistem ini.

“Kami harap, masyarakat bisa langsung merasakan fungsinya dan memahami pentingnya arsip, terutama di lingkup musik Indonesia. Sehingga, akan ada banyak orang yang tertarik untuk mengelola koleksi kami, bahkan ikut berkontribusi,“ tutur Gerry.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related