Genjot Bisnis, Perusahaan Cina Ramai-Ramai Pakai Orang Virtual

marketeers article
Ilustrasi. (FOTO: 123rf)

Permintaan orang virtual makin meningkat di Cina, khususnya untuk layanan pelanggan hingga industri hiburan. Perusahaan rela membayar mahal untuk memperoleh karyawan virtual demi menunjang bisnis mereka.

Dilansir dari CNBC, Senin (2/1/2023), Baidu, perusahaan teknologi asal Cina mengatakan jumlah proyek orang virtual yang dikerjakannya untuk klien telah meningkat dua kali lipat sejak tahun lalu. Kisaran harga untuk mengerjakan proyek itu mulai dari US$ 2.800 hingga US$ 14.300 per tahun.

BACA JUGA: Protes Kebijakan COVID-19, Masyarakat Cina Ramai-Ramai Unduh Twitter

Orang virtual adalah kombinasi animasi, teknologi suara, dan machine learning yang menciptakan manusia digital yang dapat bernyanyi dan bahkan berinteraksi dalam livestream. Selain bisa ditemukan di sedikit layanan internet Amerika Serikat (AS), makhluk digital itu banyak bermunculan di dunia maya Cina.

Li Shiyan, orang yang mengepalai bisnis orang virtual dan robotika Baidu menyatakan sejumlah pembeli manusia digital di antaranya, perusahaan jasa keuangan, pariwisata lokal, hingga media. Seiring dengan berkembangnya teknologi, biaya untuk proyek orang virtual turun sekitar 80% sejak tahun lalu.

BACA JUGA: Lagi, Tesla Recall 80.000 Lebih Mobil Listriknya di Cina

Dia memerinci biaya setahun untuk orang virtual tiga dimensi mencapai 100.000 yuan atau setara US$ 14.300. Sementara itu, beban biaya untuk orang virtual dua dimensi sekitar 20.000 yuan setahun.

Li memperkirakan industri orang virtual secara keseluruhan terus tumbuh mencapai 50% setiap tahun hingga 2025. Saat ini, Cina sendiri tengah mendorong pengembangan industri orang virtual.

Pada Agustus 2022, Beijing mengumumkan rencana untuk membangun industri orang virtual yang ditargetkan bernilai 50 miliar yuan untuk tahun 2025. Otoritas kota juga menyerukan pengembangan satu atau dua perusahaan orang virtual besar dengan pendapatan operasional masing-masing lebih dari 5 miliar yuan.

Mencari Ikon Bebas Skandal

Dari perspektif bisnis, sebagian besar orang virtual difokuskan untuk menghasilkan konten. Sirius Wang, Chief Product Officer and Head of Marketplace Greater China di Kantar menilai merek-merek Cina mencari juru bicara alternatif setelah banyak selebriti baru-baru ini yang dipandang negatif oleh media akibat pengemplangan pajak atau skandal pribadi.

Survei Kantar pada musim gugur ini menunjukkan sebanyak 36% konsumen telah menyaksikan influencer virtual atau selebriti digital tampil pada tahun lalu. Sementara itu, 21% telah menyaksikan orang virtual menjadi pembawa acara atau menyiarkan berita.

Survei juga menunjukkan, hingga tahun depan, sebanyak 45% pengiklan kemungkinan mensponsori penampilan influencer virtual dan mengundang manusia digital untuk bergabung dalam program ataupun acara perusahaan.

Related