Ghozali Everyday, Merek, dan Kekuatan Keautentikan

marketeers article

Internet saban hari hampir selalu membawa kejutan-kejutan baru. Kekuatan masifnya untuk menghubungkan banyak entitas bisa menjadikan suatu hal mendadak viral dan menyedot perhatian dunia. Seseorang yang dulunya “nobody” di belantara internet mendadak menjadi “somebody” yang diperbincangkan di mana-mana. Ghozali Everyday, misalnya, mendadak viral setelah diketahui meraup Rp 1,5 miliar karena gemar menjual foto-foto selfie-nya di bisnis non-fungible tokens (NFT) di OpenSea.

Singkat cerita, seperti sudah jamak diberitakan di banyak media, mahasiswa fakultas ilmu komputer Universitas Dian Nuswantoro Semarang ini mengaku iseng menjual foto dirinya di OpenSea. Ia menjajal bisnis NFT dengan menjual foto-foto yang ia kumpulkan sejak tahun 2017. Sudah ada lebih dari 900 foto selfie yang ia unggah. Tak disangka, ternyata ada saja yang beli foto seharga 0,0001 ETH atau sekitar 45.000 per foto. Karena banyak peminatnya, harganya melambung hingga 0,3 ETH atau Rp 14 juta. Kini uang yang ia dapatkan senilai Rp 1,5 milar.

Kekuatan Keautentikan

Yang paling mencuri perhatian adalah mengapa foto-foto selfie Ghozali itu laris manis. Dia bukan artis atau pesohor. Namanya baru kita kenal beberapa hari ini setelah viral di media sosial dan media arus utama. Penampilannya juga biasa-biasa saja. Ghozali juga bukan sosok yang lebih dulu tenar, seperti Syahrini, Luna Maya, Justin Bieber, Lindsay Lohan, maupun Paris Hilton yang juga jualan NFT. Foto-fotonya sederhana dan jauh dari glamour.

Saya menilai nilai jual dari NFT Ghozali Everyday adalah keautentikannya. Ibarat benda seni, semakin autentik, unik, dan langka, semakin mahal harganya dan bahkan banyak orang berani mematok harga tinggi dalam sebuah pelelangan. Seperti dikutip dari Kompas, Ghozali menulis keterangan di aku OpenSea-nya: “Ini benar-benar fotoku berdiri di depan komputer, dari hari ke hari” dan juga “Aku mengambil foto diriku sendiri sejak usia 18 tahun sampai 22 tahun.”

Asal tahu saja, dari pengertian NFT saja sudah kelihatan bahwa keauntentikan menjadi penting. NFT merupakan token atau aset digital yang mewakili barang berharga dengan nulai yang tak bisa ditukar. Setiap NFT mengusung catatan transaksi dalam blockchain yang berisi data penciptanya, harga, hingga sejarah kepemilikannya. Dua kata kunci dari NFT adalah keunikan dan kepemilikan.

Selain keauntentikan, konsistensi dan kerja keras yang ditunjukkan dalam sejarah kepemilikan aset digital itu juga menjadi nilai tinggi dan daya tarik orang untuk membelinya. Lagi-lagi persis seperti barang, khususnya barang seni, yang semakin mahal harganya karena unsur histori di dalamnya. Contohnya, kacamata bundar, coretan ganjil, hingga gitar kesayangan John Lenon yang dilelang dengan harga tinggi.

Ada banyak inspirasi, khususnya bagi merek, dari seorang Ghozali sang miliader anyar ini. Tampil autentik itu penting bagi merek. Oleh sebab itu, keauntentikan itu elemen penting dalam content marketing. Keauntentikan akan menumbuhkan kepercayaan dan ini mahal harganya. Merek yang tampil autentik, tanpa topeng, pasti akan disukai pelanggannya. Di balik keautentikan tersebut, merek menampilkan diri selayaknya manusia (human). Tantangannya adalah menjadikan merek kita sebagai yang tak bisa dipertukarkan (non-fungible) atau tak tergantikan dengan merek lain karena memiliki diferensiasi yang kuat.

Teknologi: Mendukung atau Memanipulasi

Di era konektivitas yang semakin imersif seperti sekarang, teknologi bisa membantu merek untuk menyampaikan keauntentikannya dengan lebih baik dan masif (tech for good). Namun, tergantung penggunanya, teknologi justru bisa dipakai untuk memanipulasi keauntentikan tersebut. Contoh paling sederhana dan umum adalah aplikasi mempermak wajah yang sering kita gunakan sebelum mengunggah foto selfie kita agar tampil lebih cantik dari aslinya. Dalam konteks merek, ini tak berarti tak perlu kemasan bagus dan menarik. Lebih penting dari ini, bagaimana merek menampilkan diri secara autentik dan tak menipu konsumennya.

Yang jelas, di balik kesederhanaannya yang fenomenal ini, Ghozali adalah sosok jenius. Dan, internet tak hanya membawa kejutan-kejutan baru, melainkan juga peluang-peluang baru. Namun, hanya yang jeli menangkap peluang yang akan meraihnya, seperti Ghozali Everyday.

Related