Akankah Go-Jek Akuisisi Tiga Fintech Mengubah Peta Industri?

marketeers article
52126523 mobile banking. flat line contour illustration of human hand withdraws cash from his smartphone

Jelang akhir tahun, GO-JEK semakin memperluas jaringan uang digitalnya dengan mengakuisisi langsung tiga perusahaan financial technology (Fintech) Kartuku, Midtrans, dan Mapan. Akuisisi ini semakin menancapkan bendera GO-JEK dalam menyediakan ekosistem pembayaran finansial yang inklusif kepada institusi keuangan, UMKM, mitra pengemudi, dan konsumen.

Bergabungnya ketiga kekuatan fintech ini akan mendukung ekspansi layanan GO-PAY, serta memperkuat posisinya sebagai pemimpin di industri jasa dompet digital. Sebagai catatan, bisnis dompet digital secara keseluruhan memproses total transaksi lebih dari Rp 67,5 triliun per tahun, baik melalui kartu kredit, debit maupun dompet digital untuk para pengguna, penyedia jasa dan merchant-merchant mereka.

Nadiem Makarim, Founder dan CEO GO-JEK berkali-kali mengatakan di hadapan publik bahwa tahun 2018 adalah tahun ekpansi buat GO-PAY. Bahkan, Nadiem sudah berjanji bahwa layanan GO-Pay sudah siap untuk digunakan di luar ekosistem yang dimiliki oleh GO-JEK.

“Kini, saatnya GO-JEK melangkah maju memasuki babak baru. Melalui akuisisi ini, GO-JEK akan berkolaborasi dengan tiga perusahaan fintech nasional terdepan di Indonesia yang memiliki visi dan etos kerja yang sama dengan kami. Inisiatif ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat pondasi dan langkah kami di industri fintech Indonesia,” ujar Nadiem.

Nadiem mengaku dirinya sudah mengikuti perkembangan ketiga fintech startup ini sejak beberapa tahun lalu. Ia sudah menunggu momentum kolaborasi ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dan meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui semangat inklusi keuangan. Sementara itu, Andre Soelistyo selaku GO-JEK Group President menilai bahwa akuisisi ini akan memperluas jangkauan Go-Pay ke ranah offline dan online.

“Akuisisi ini akan mengakselerasi penetrasi dan jangkauan GO-PAY ke ranah pembayaran offline melalui Kartuku, ranah pembayaran online melalui Midtrans, serta meningkatkan inklusi finansial bagi masyarakat unbanked melalui Mapan. Kolaborasi antara perusahaan fintech nasional di dalam GO- JEK Group ini akan mendorong percepatan inklusi finansial untuk jutaan orang Indonesia serta meningkatkan produktivitas ekonomi di seluruh penjuru negeri,” ujar Andre.

Mimpi Go-Jek untuk memperluas ekosistem GO-PAY sudah terlihat ketika beberapa waktu lalu GO-JEK meluncurkan layanan GO-BILLS untuk pembayaran tagihan listrik PLN dan BPJS Kesehatan. GO-JEK saat ini memiliki basis mitra pengemudi mencapai 900 ribu dan lebih dari 15 juta pengguna aktif mingguan. GO-JEK juga memiliki kemitraan lebih dari 125 ribu merchant yang mayoritas adalah UMKM, serta memiliki lebih dari 100 juta transaksi yang diproses melalui platform GO-JEK setiap bulannya.

Sementara itu, pesaing terbesar GO-JEK, Grab juga memiliki fitur yang mirip melalui GrabPay. Selama tahun 2017 ini, Grab juga berkomitmen memperluas fitur GrabPay, tidak hanya di Indonesia namun juga di Asia Tenggara. Pada April tahun ini, Grab mengumumkan mengakuisisi Kudo. Akuisisi ini merupakan investasi pertama dari master plan “Grab 4 Indonesia” tahun 2020. Melalui master plan ini, Grab berkomitmen untuk menanamkan investasi sebesar US$ 700 juta untuk mengembangkan ekonomi digital di Indonesia melalui dukungan terhadap inovasi teknologi.

Pada September lalu, Grab menunjuk Ongki Kurniawan sebagai Managing Director GrabPay di Indonesia. Ongki memiliki tugas untuk membangun kemitraan yang kuat di seluruh ekosistem, mempercepat integrasi Kudo dengan Grab, dan melanjutkan perluasan pasar online Kudo serta jaringan mitra bisnis kecilnya. Desember ini, Grab juga mengumumkan kemitraanya dengan layanan PayTren ntuk mengintegrasikan kekuatan mitra dan mitra pengemudi yang dimilikinya untuk membentuk jaringan pengusaha mikro terbesar di Indonesia.

Mungkin masih terlalu dini untuk memberikan mahkota kepada pemenang dalam kompetisi dompet digital dan pembayaran non tunai di Indonesia. Sebab tidak hanya fintech startup saja yang berpacu dengan waktu untuk meningkatkan inovasi dan penetrasi pasar. Kita tidak bisa melupakan kehadiran raksasa lainnya dalam bentuk institusi perbankan dan perusahaan telco. Semuanya berebut pasar dan target yang sama.

Editor: Sigit Kurniawan

 

Related