Google resmi meluncurkan fitur baru di aplikasi chatbot Gemini yang memungkinkan pengguna mengedit gambar, baik yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI) maupun yang diunggah dari perangkat pribadi. Fitur baru ini disebut mampu memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan generator gambar AI yang berdiri sendiri.
Hal itu sejalan dengan tren yang juga dilakukan oleh kompetitor, seperti ChatGPT, yang telah lebih dulu merilis alat edit gambar canggih.
BACA JUGA: Kaspersky: Lebih dari 3 Juta Ancaman Online Targetkan Pengguna Indonesia di Awal 2025
Sebagaimana diberitakan TechCrunch, Gemini kini menghadirkan alur pengeditan bertahap atau multi-step editing, yang memberi respons lebih kontekstual. Ini memungkinkan pengguna untuk mengubah latar belakang gambar, mengganti objek, hingga menambahkan elemen.
Sebagai contoh, Anda dapat mengunggah foto pribadi dan meminta Gemini untuk menunjukkan bagaimana penampilan Anda dengan warna rambut yang berbeda. Atau, meminta Gemini untuk membuat draft awal cerita pengantar tidur bertema naga lengkap dengan gambar pendukung.
Meski fitur ini terdengar inovatif, masih ada kekhawatiran terkait potensi penyalahgunaan seperti pembuatan deepfake. Deepfake secara singkat merupakan metode untuk menghasilkan video, audio, dan gambar, yang sangat meyakinkan, dan biasanya digunakan untuk tujuan yang tidak baik.
Untuk mengurangi risiko tersebut, Google pun menambahkan watermark tak terlihat pada setiap gambar yang dibuat atau diedit lewat Gemini.
BACA JUGA: Google Uji Coba Fitur AI untuk Belajar Bahasa Asing secara Lebih Personal
Selain itu, Google juga tengah menguji penggunaan watermark yang tampak secara visual untuk meningkatkan transparansi. Dalam beberapa minggu ke depan, layanan ini akan diperluas ke lebih banyak negara dan mendukung lebih dari 45 bahasa.
Pembaruan ini sendiri merupakan kelanjutan dari model pengeditan gambar berbasis AI yang diuji coba lewat platform AI Studio milik Google pada Maret lalu. Kala itu, fitur tersebut sempat menuai kontroversi karena kemampuannya menghapus watermark dari gambar.
Editor: Bernadinus Adi Pramudita