Halal Lifestyle: Community Marketing ala BI melalui Jaringan Pesantren

marketeers article
Halal lifestyle oleh Bank Indonesia | sumber: ISEF HEI 2023

Indonesia disebut sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Kondisi ini mendorong masyarakat menggunakan produk-produk syariah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau bisa disebut sebagai halal lifestyle.

Berdasarkan Global Islamic Economy Indicator 2022, Indonesia menempati peringkat keempat ekonomi syariah terbesar setelah Malaysia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA). Indonesia juga menyabet urutan kedua untuk kategori makanan halal (halal food), peringkat ketiga untuk fesyen muslim, peringkat keenam untuk keuangan syariah, dan peringkat kesembilan untuk farmasi dan kosmetik halal. 

Bahkan, Indonesia berhasil meraih posisi mentereng, peringkat pertama pada Global Muslim Travel Index (GMTI) pada 2023. Fakta tersebut menunjukkan bagaimana potensi perkembangan industri halal Indonesia yang mampu bersaing kuat dengan negara-negara lainnya di dunia. 

Untuk menunjang hal tersebut, pemerintah melalui segala programnya telah membentuk tiga  Kawasan Industri Halal (KIH) di provinsi Banten, Jawa Timur, dan Kepulauan Riau yang menjadi pondasi utama untuk menjadikan Indonesia sebagai Global Halal Hub. Dalam acara Konferensi Pers penyelenggaraan ISEF – HEI 2023 sebagai ajang tahunan Bank Indonesia (BI) dalam membangun literasi produk-produk syariah, Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI Wahyu Purnama memaparkan bagaimana usaha BI dalam meningkatkan literasi tersebut bagi masyarakat Indonesia. 

BACA JUGA: Digelar Oktober ini, ISEF 2023 Dukung Indonesia World Halal Center 2024

Wahyu Purnama menjelaskan berbagai inisiasi yang telah BI lakukan melalui kolaborasi bersama dengan banyak pihak untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat industri halal dunia pada tahun 2024. Apa yang dilakukan tersebut, termasuk dalam usaha untuk membangun sisi supply saja. Untuk mencapai keseimbangan, Wahyu menyebut semua pihak juga perlu menggarap sisi demand yang ada di masyarakat.

“Bagaimana semua lapisan masyarakat bisa semakin paham dan tahu mengenai ekonomi syariah, produk halal, lembaga keuangan syariah, dan lainnya. Kalau halal lifestyle itu sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari, maka mereka akan mencari makanan yang berlabel halal atau menggunakan produk keuangan syariah,” ujar Wahyu saat ditemui di Hotel St. Regis Jakarta pada Rabu (27/09/2023).

Beberapa hal yang dilakukan, yaitu membantu para Usaha Kecil Menengah (UKM) binaan BI untuk bersertifikasi halal di seluruh Indonesia. BI bersama dengan Kemenko Perekonomian, Kemenkeu, dan KNEKS sedang gencar-gencarnya untuk mensertifikasi halal Rumah Potong Hewan dan Unggas di seluruh Indonesia.

Hal ini dilakukan mengingat makanan masyarakat Indonesia banyak yang mengandung daging merah, seperti sapi, kerbau hingga ayam. Inisiatif ini pun juga menjadi target utama dari seluruh kantor perwakilan BI di seluruh daerah. 

Tak hanya itu saja, pengurusan sertifikasi tersebut juga bisa dilakukan oleh seluruh pelaku usaha melalui digitalisasi, sehingga percepatan bisa terjadi. Tujuannya tentu untuk dapat meningkatkan peluang Indonesia dalam mengekspor komoditas halal yang mampu bersaing dengan komoditas global lainnya.

BACA JUGA: Usung Islamic Marketing, Tri-Mountain Tawarkan Wisata Ramah Muslim

Dari segi pendidikan, BI juga masuk kedalam peningkatan literasi melalui berbagai buku, video sosialisasi, dan bahan bacaan bagi para pelajar Indonesia.

“Bank Indonesia juga menyusun buku-buku kurikulum dari SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, mengkampanyekan ekonomi syariah, membuat video sosialisasi, menyelenggarakan talkshow dan event untuk sosialisasi,” ucap Wahyu. 

Sebagai contoh acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang berkolaborasi dengan Halal Expo Indonesia (HEI) yang juga menjadi ajang kampanye BI untuk meningkatkan literasi ekonomi syariah. Dalam menyebarluaskan halal lifestyle, BI juga menerapkan community marketing melalui jaringan komunitas pesantren di seluruh Indonesia.

“Bank Indonesia menginisiasi Hebitren, Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren, yang sudah ada 38 Hebitren untuk berkolaborasi dan membangun bisnis bersama. Kita juga mengembangkan virtual market untuk menciptakan transaksi besar antar pesantren untuk memenuhi kebutuhan pesantren,” tutur Wahyu.

Wahyu menuturkan komunitas pesantren yang dikembangkan BI dapat mengendalikan inflasi karena sudah menguasai sebagian ekonomi nasional, terkhususnya di kalangan pesantren. Halal lifestyle dapat terbangun di seluruh sendi-sendi masyarakat Indonesia melalui usaha bersama. 

Potensi dan peluang besar yang dimiliki Indonesia dari segi permintaan pasar dan komoditas adalah sebuah hal yang optimistis untuk bisa dimaksimalkan. 

BACA JUGA:  Sukses Menggarap Tak Hanya Pasar Muslim dengan Islamic Marketing

Editor: Ranto Rajagukguk

Related