Harga Meroket, Pertamina Targetkan Produksi Minyak Naik 17%

marketeers article
Jaga Bisnis Hulu Migas, Pertamina Agresif Temukan Sumur Eksplorasi. (FOTO: Dok Pertamina)

PT Pertamina (Persero) bakal meningkatkan produksi minyak hingga 17% dibandingkan dengan tahun 2021. Pasalnya, upaya tersebut dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan harga minyak mentah dunia yang sempat menyentuh level US$ 139 per barrel.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina mengungkapkan, harga minyak dunia tersebut merupakan yang tertinggi dalam sejarah sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan gejolak ekonomi di dalam negeri.

Adapun pada tahun 2021, perusahaan pelat merah tersebut menargetkan produksi mencapai 1.047 million barrel oil of equivalent per day (MBOEPD). “Hingga akhir Mei 2022, produksi migas Pertamina telah mencapai 966 MBOEPD atau 8% di atas produksi tahun 2021,” ujar Nicke melalui keterangannya, Kamis (7/7/2022).

Menurutnya, peningkatan produksi migas Pertamina didorong oleh pengeboran sumur yang agresif, baik sumur baru, sumur pengembangan, maupun workover & well service. Pada tahun 2022, perusahaan akan mengebor lebih agresif dengan 813 sumur pengembangan.

Jumlah tersebut, kata Nicke, naik 232% dibandingkan dengan tahun lalu. Kemudian, ada juga 29 sumur eksplorasi atau naik  242% dan 26.467 workover & well service yang meroket 161%.

Dia bilang upaya optimasi performa hulu pada tahun 2022 lainnya dilakukan Pertamina dengan reaktivasi sumur suspended. Termasuk potensi eksplorasi discovery Manpatu-01 atau gas discovery di Mahakam dan Sungai Gelam Timur-01 (oil discovery) di Jambi serta berbagai program cost optimization.

“Kalau kami melihat ketahanan energi, tidak hanya melihat stok di hilir tapi yang harus jaga adalah produksi di hulu, karena ini digunakan sebagai feedstock bagi kilang-kilang. Jadi ketahanan energi harus dijaga dimulai dari hulu,” tutur Nicke.

Belum lama ini, perusahaan pelat merah tersebut melaporkan telah meraih laba bersih konsolidasian (audited) tahun 2021 mencapai US$ 2,046 miliar atau setara Rp 29,3 triliun. Realisasi itu naik hampir dua kali lipat dibanding laba bersih tahun 2020 yang sebesar Rp 15,3 triliun.

Capaian laba bersih tersebut melampaui target atau sebanyak 154% dari Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2021. Kinerja keuangan positif perusahaan ditunjukkan dengan EBITDA US$ 9,2 miliar. 

Ini menunjukkan keuangan Pertamina dalam kondisi sehat (AA), aman dan mampu bertahan di tengah tantangan disrupsi dan geopolitik yang memengaruhi industri migas dan energi secara global. Pertamina berhasil melakukan transformasi bisnis, meningkatkan efisiensi dan produksi, menjalankan transisi energi, sekaligus melakukan pembangunan infrastruktur migas serta proyek kilang Refinery Development Master Plan (RDMP).

Tahun 2021 Pertamina sukses melakukan transformasi dengan membentuk Holding Migas dengan enam Subholding, yakni Subholding Upstream, Subholding Refining and Petrochemical, Subholding Commercial and Trading, Subholding Gas, Subholding Integrated Marine Logistics dan Subholding New and Renewable Energy.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related