Harga Pangan Dunia Diperkirakan Turun Tahun 2024

marketeers article
Ilustrasi petani padi. Sumber gambar: 123rf.

Harga komoditas pangan dunia terus melonjak selama tahun 2022 usai merebaknya pandemi COVID-19. Diperkirakan tren seperti ini baru bisa melambat pada tahun 2023 seiring dengan turunnya beberapa harga komoditas lain seperti energi dan pupuk.

Poltak Hotradero, Business Development Advisor Indonesia Stock Exchange memperkirakan harga pangan dunia mulai terkendali pada tahun 2024. Sebab, sebagian besar negara-negara produsen pupuk telah melakukan diversifikasi gas dengan bahan lain untuk menahan laju kenaikan energi.

BACA JUGA: Jelang Nataru 2022, RI Kedatangan 5.000 Ton Beras Impor Vietnam

Poltak menyebut kenaikan harga pangan dipengaruhi oleh invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina. Alhasil, harga gas sebagai bahan baku utama produksi pupuk turut terkerek sehingga berdampak pada melambungnya harga pangan.

“Mengenai harga pangan, lonjakan terjadi tahun 2022 dan tahun 2023 akan mulai stagnasi harga dan baru ada perbaikan tahun 2024. Hal yang perlu diingat bahwa harga pangan dunia sangat terpengaruh tahun 2022 ini karena pasokan gas alam ternyata berpengaruh terhadap harga produksi pupuk,” kata Poltak dalam dialog daring Allianz Economy Outlook 2023, Selasa (20/12/2022).

BACA JUGA: Ada Ancaman Krisis Pangan, Kementan Dorong Pengembangan Mi Sagu

Berdasarkan data yang dipublikasikan organisasi pangan dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) pada September 2022, indeks harga pangan dunia terus melonjak selama enam bulan berturut-turut. Kendati demikian, indeks harga pangan per September 2022 masih berada di level 136,3 poin.

Adapun indeks harga pangan dunia FAO adalah ukuran perubahan harga komoditas pangan pokok di skala internasional. Ini mencakup beberapa komoditas seperti harga serealia, minyak nabati, produk susu, daging, dan gula.

Poltak melanjutkan keterbatasan pupuk yang disebabkan melonjaknya harga gas menyebabkan pola tanam dan panen produk pertanian berubah secara drastis. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya kelangkaan pasokan.

Dalam kondisi itu, negara-negara produsen pangan lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan domestiknya terlebih dulu dibandingkan harus mengekspor. Dengan demikian, wilayah yang bergantung pasokan pangan luar negeri mengalami inflasi yang begitu besar di sektor pangan.

“Harga gas alam mulai koreksi atau mengalami perlambatan dan flattening pada 2023 ini. Jadi pasar Eropa sudah mulai menurun harga gasnya karena ada diversifikasi,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related