Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) berbalik naik seiring menguatnya banderol minyak nabati lainnya. Kenaikan harga CPO juga didukung adanya potensi penurunan produksi, dan peluang peningkatan pembelian dalam konferensi industri minyak nabati global pekan depan.
Dilansir Reuters, Rabu (19/2/2025), harga sawit untuk pengiriman Mei di Bursa Malaysia Derivatives menguat MYR 82, atau 1,82% menjadi MYR 4.586 per metrik ton pada jeda perdagangan siang. Pada hari sebelumnya, harga kontrak minyak tersebut mengalami penurunan 0,84%.
BACA JUGA: Perluas Jangkauan, TAF Buka Cabang Baru di Tegal
Paramalingam Supramaniam, direktur untuk perusahaan sekuritas Pelindung Bestari mengatakan pasar minyak sawit berada di jalur positif seiring kenaikan di pasar Dalian dan Chicago.
“Kami juga melihat minat beli yang positif jelang konferensi industri minyak nabati global pekan depan dan kekhawatiran mengenai dampak cuaca terhadap produksi di Malaysia Timur,” katanya.
BACA JUGA: 4 Tips Memulai Pilates untuk Pemula
Dalam prakiraan cuaca pada 16 Februari, Departemen Meteorologi mengatakan lonjakan musim hujan kemungkinan memengaruhi negara ini dari 21-25 Februari dengan hujan lebat yang terus-menerus di Malaysia Timur dan negara-negara bagian timur Semenangjung Malaysia.
Kontrak kedelai yang paling aktif di Dalian naik 0,61%, sementara kontrak minyak kelapa sawit menguat 1,35%. Adapun kontrak kedelai di Chicago of Trade (CBOT) melonjak 0,13%. Asal tahu saja, harga sawit mengikuti pergerakan minyak nabati lainnya. Pasalnya, CPO bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar minyak nabati global.
BACA JUGA: Alasan Korsel dan Sejumlah Negara Melarang Penggunaan DeepSeek
Sementara itu, harga minyak mentah naik tipis di tengah-tengah gangguan suplai di Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Pasar menantikan kejelasan mengenai perundingan perdamaian di Ukraina. Harga minyak mentah yang lebih kuat membuat CPO menjadi pilihan yang lebih menarik untuk bahan baku biodiesel.
Impor kedelai Uni Eropa untuk musim 2024-2025, yang dimulai pada bulan Juli, mencapai 8,62 juta ton hingga 16 Februari. Realisasi itu mengalami kenaikan 11% secara year on year (yoy), sementara impor minyak sawit menembus 1,78 juta ton, merosot 21% yoy.
Ringgit, mata uang yang umumnya digunakan untuk perdagangan kelapa sawit menguat 0,02% terhadap dolar AS. Hal itu membuat komoditas tersebut sedikit lebih mahal bagi para pembeli yang menggunakan mata uang asing.
Wang Tao, analis teknikal Reuters memperkirakan harga sawit berpeluang naik menjadi MYR 4.633 per ton. Pasalnya, tren kenaikan di level MYR 4.106 kemungkinan berlanjut.
Editor: Ranto Rajagukguk