Harga Termurah Bukan Hal Utama Yang Dicari Konsumen e-Commerce

marketeers article
This is red vector illustration background lowest price

Periode akhir tahun merupakan momentum penting bagi pemain e-commerce untuk merebut pangsa pasar di tengah aktivitas belanja masyarakat. Sebab itu, wajib bagi para pemain untuk mengetahui apa preferensi dari calon konsumen. Menjawab persoalan tersebut, Perusahaan riset pasar Ipsos membagikan hasil riset pada sebuah konferensi pers bertajuk Persaingan E-commerce di Tengah Kemeriahan Akhir Tahun. Salah satu temuan yang menarik dari survei ini adalah posisi e-commerce yang menawarkan harga termurah bukan menjadi faktor utama yang memengaruhi keputusan pembelian konsumen.

“Dalam survei ini, kami menggunakan empat indikator, yaitu BUMO (Brand Use Most Often), seberapa merek/platform mana yang paling sering digunakan, Top of Mind, merek mana yang ada di urutan pertama benak konsumen, penetrasi konsumen, seberapa banyak jumlah penggunaan dalam jumlah transaksi, dan nilai transaksi dalam tiga bulan terakhir,” jelas Andi Sukma, Country Service Line Group Leader, Observer, Customer Experience & Channel Performance, Ipsos Indonesia beberapa waktu lalu.

Lantas, faktor apa yang paling dilihat oleh konsumen e-commerce dalam memilih platform e-commerce dan melakukan pembelian online? Dibanding menawarkan harga paling murah, tawaran promosi dari berbagai platform e-commerce ternyata lebih menarik bagi konsumen belanja online. Faktor promosi seperti diskon dan gratis ongkir menjadi hal yang paling dicari oleh konsumen dengan prosi 49% dari total responden riset Ipsos tersebut.

Diikuti oleh faktor kemudahan dan fleksibilitas pembayaran sebesar 15%, 13% responden memilih e-commerce dari transaksi sebelumnya, dan e-commerce dengan harga termurah menempati porsi sebesar 12% pertimbangan konsumen melakukan belanja online.

Harga Termurah
Riset Ipsos Indonesia

Di sisi lain, hampir seluruh pemain e-commerce memiliki taktik yang serupa. Konsumen pun jadi cenderung mudah berpindah platform hingga memiliki tingkat loyalitas yang rendah. Unutk itu, para merek perlu mengkounikasikan brand-nya dengan lebih baik dan membangun experience yang baik di seluruh customer path yang dialami konsumen.

“Kami mengukur tingkat loyalitas. Namun kami kembali ke budaya yang telah terbentu di industry ini. Dari setiap studi yang kami lakukan, people easy come easy go di industry iini. Faktanya, kebanyakan dari responden memiliki lebih dari satu aplikasi e-commerce di hp mereka. Mereka kerap exploring mencari apa yang mereka inginkan, melakukan komparasi. Customer journey pun semakin kompleks seiring dengan semakin pintarnya konsumen di Indonesia dengan karakter high demanding dan less giving,” tutup Andi

Related