Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia: Rayakan Sastra dan Misi Global

marketeers article
Ilustrasi hari buku. (Sumber: 123rf)

Tanggal 23 April diperingati sebagai Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia. Peringatan ini menjadi hari yang didedikasikan untuk merayakan buku dan kegiatan membaca.

Perayaan ini menyoroti pentingnya buku sebagai alat yang menghubungkan generasi, menjaga sejarah, dan menjembatani budaya di seluruh dunia.

Tahun ini, Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia mengangkat tema The role of literature in achieving the Sustainable Development Goals (SDGs).

Mengutip dari News18, tema tersebut menekankan bagaimana karya sastra dapat menginspirasi kesadaran dan tindakan nyata dalam menghadapi berbagai isu global seperti kemiskinan, kelaparan, dan ketimpangan sosial.

BACA JUGA 5 Buku Kunci Kekayaan Warren Buffett

Perayaan ini menunjukkan bahwa sastra bukan hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga cermin kehidupan yang mampu membuka mata pembacanya terhadap persoalan-persoalan dunia.

Sejarah Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia

Hari besar ini pertama kali ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1995, saat Konferensi Umum di Paris. Tanggal 23 April dipilih karena bertepatan dengan hari wafatnya sejumlah tokoh sastra dunia, seperti William Shakespeare, Miguel de Cervantes, dan Inca Garcilaso de la Vega.

Peringatan perdana World Book and Copyright Day berlangsung di Barcelona pada tahun 1996, dan sejak itu dirayakan setiap tahun di berbagai belahan dunia.

Uniknya, di banyak tempat, peringatan ini kerap dirayakan dengan tradisi bertukar buku.

Hingga saat ini, Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia dirayakan di lebih dari 100 negara dan menjadi pengingat yang bermakna akan nilai buku dan tulisan.

BACA JUGA 10 Rekomendasi Buku Psikologi untuk Menajamkan Pikiran dan Emosi

Perayaan ini mendorong generasi muda untuk menjelajahi dunia sastra, menumbuhkan kreativitas calon penulis masa depan, serta mempromosikan pentingnya membaca dalam kehidupan pribadi maupun akademis.

Semarak Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia pun dirayakan oleh para pelaku industri penerbitan, mulai dari penerbit, penjual buku, dan perpustakaan dengan menyelenggarakan berbagai acara.

Tujuannya adalah untuk mendorong minat baca dan menghidupkan kembali budaya literasi di tengah masyarakat.

Tak hanya itu, UNESCO juga menetapkan satu kota sebagai World Book Capital setiap tahunnya. Kota ini akan menjadi pusat kegiatan literasi dunia selama satu tahun penuh melalui berbagai inisiatif kreatif yang mereka gagas sendiri.

Editor: Eric Iskandarsjah Z

 

Related

award
SPSAwArDS