Hari Kartini: Belajar Personal Branding dari Perjuangan Ibu Kita Kartini

Dalam memperingati Hari Kartini 2025, rasanya tak lengkap jika kita tidak mengingat sosok Raden Ajeng Kartini. Kali ini, mari kita lihat bagaimana kekuatan personal branding yang dimiliki Kartini dapat menginspirasi kita, tidak hanya sebagai pejuang hak perempuan, tetapi juga sebagai contoh nyata dalam membangun citra diri yang kuat dan relevan, bahkan hingga saat ini.
Jika kita telusuri lebih dalam, perjalanan hidup Kartini sesungguhnya telah mencerminkan tiga elemen penting dalam dunia pemasaran modern yang dikembangkan oleh Guru Marketing, Hermawan Kartajaya, yaitu positioning, differentiation, dan brand (PDB).
Sejak muda, Kartini sudah menunjukkan bagaimana dirinya memposisikan diri dengan kuat. Ia memilih untuk membela hak-hak perempuan, berbeda dengan kebanyakan perempuan bangsawan pada zamannya.
BACA JUGA: Tips Membangun Personal Branding yang Kuat di Era Digital
Ia juga membangun citra dirinya sebagai simbol perjuangan untuk pendidikan dan emansipasi perempuan. Tanpa kita sadari, Kartini telah mengimplementasikan prinsip PDB dalam perjalanan hidupnya.
Apa yang bisa kita pelajari? Yuk, kita bahas lebih lanjut personal branding Raden Ajeng Kartini, dengan merujuk pada sejarah yang dipaparkan oleh Hurights Osaka, yang kemudian diulas melalui perspektif marketing.
Mengkritik Tradisi dengan Pemikiran yang Tajam
Kartini dilahirkan dalam keluarga bangsawan Jawa yang sangat menghargai tradisi. Namun sejak kecil, ia mulai mempertanyakan hal-hal yang dianggap biasa oleh masyarakat pada zamannya, salah satunya adalah pembatasan pendidikan bagi perempuan yang hanya diarahkan untuk menikah.
Alih-alih melawan dengan kemarahan, Kartini mengungkapkan ketidaksetujuannya lewat tulisan yang elegan.
Dalam surat-suratnya yang ditujukan kepada teman-teman di Belanda, Kartini tidak hanya mempertanyakan ketidaksetaraan gender, tetapi juga mengajukan pemikiran baru untuk masa depan perempuan.
Ini adalah langkah pertama dalam membangun personal branding-nya — berani menyuarakan apa yang diyakininya meskipun berbeda dengan tradisi yang ada.
Memperjuangkan Pendidikan untuk Perempuan
Kartini percaya bahwa pendidikan adalah kunci perubahan bagi perempuan dan masyarakat. Dengan tekad yang besar, ia membuka sekolah untuk perempuan di rumahnya. Ia mengajarkan keterampilan dasar seperti membaca dan menulis, yang sangat jarang diajarkan pada perempuan pada masa itu.
Baginya, ini bukan hanya tentang memberikan pengetahuan, tetapi juga memberdayakan perempuan untuk berpikir mandiri dan mengambil keputusan tentang masa depan mereka.
Sekolah yang ia dirikan menjadi awal dari perubahan besar bagi Indonesia. Kartini mengajarkan kita bahwa personal branding sejati tidak hanya dibangun dengan kata-kata, tetapi juga dengan tindakan yang nyata. Ia memperjuangkan visi besar agar perempuan mendapatkan hak yang setara dalam pendidikan.
Tetap Menghargai Akar Budaya
Meski berpikiran maju dan mengadopsi ide-ide Barat dalam pendidikan, Kartini tetap memegang teguh akar budayanya. Ia menghargai tradisi Jawa dan tidak terjebak dalam imitasi budaya Barat. Kartini selalu menegaskan bahwa perubahan bisa dicapai tanpa harus meninggalkan nilai-nilai luhur bangsa.
BACA JUGA: 3 Tips Membangun Personal Branding di LinkedIn
Pandangan ini menunjukkan kebijaksanaan Kartini dalam menyikapi kemajuan zaman. Ia ingin perempuan Indonesia yang terdidik dan maju, namun tetap berakar pada budaya bangsa.
Konsisten dan Berani
Kartini tidak hanya berbicara tentang perubahan, tetapi juga memperjuangkannya. Ketika menikah dengan Bupati Rembang, ia tetap melanjutkan perjuangannya dengan membuka Sekolah Perempuan di Rembang.
Meskipun hidupnya singkat—hanya 25 tahun—gagasannya tetap hidup dan terus menginspirasi banyak orang. Surat-suratnya, yang kini dikumpulkan dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang, menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang yang berjuang untuk kesetaraan dan pemberdayaan perempuan.
Kartini mengajarkan kita bahwa personal branding sejati dibangun melalui konsistensi, keberanian, dan tindakan yang tak pernah berhenti meski dihadapkan pada berbagai keterbatasan.
Dari perjuangannya, kita belajar bahwa personal branding bukan hanya soal menjadi terkenal atau dikenal banyak orang, tetapi tentang menjadi diri sendiri, konsisten dengan nilai-nilai yang diyakini, dan berani memperjuangkan apa yang penting dengan tindakan nyata.
Selamat Hari Kartini 2025!
Editor: Eric Iskandarsjah Z