Belakangan ini, kabar mengenai uji coba vaksin tuberculosis (TBC) M72 yang bakal dilakukan di Indonesia menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Tak sedikit pula yang mempertanyakan keamanan vaksin yang dikembangkan Bill Gates dan Melinda Gates Foundation tersebut.
Banyak warganet di jagat maya yang beranggapan bahwa masyarakat yang mengikuti uji klinis akan menjadi “kelinci percobaan”. Menanggapi hal ini, Riris Andono Ahmad, ahli epidemiologi dari Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada (UGM), lantas buka suara.
Ia menyatakan bahwa kekhawatiran dan pro-kontra adalah hal yang wajar karena menunjukkan perhatian besar masyarakat terhadap vaksin baru. Namun, ia menilai anggapan sebagai “kelinci percobaan” tidak tepat.
BACA JUGA: Pentingnya Anak Bermedia Sosial Sesuai Usia Menurut Ahli
“Uji klinis bersifat sukarela, artinya tidak ada yang bisa dipaksa ikut. Selain itu, ada syarat ketat yang harus dipenuhi sehingga meski seseorang mau, jika tidak memenuhi kriteria, ia tidak bisa berpartisipasi,” jelas dosen yang akrab disapa Donnie itu, dikutip dari ugm.ac.id, Selasa (20/5/2025).
Terkait aspek keamanan, Donnie pun menjelaskan bahwa vaksin TBC M72 sudah melewati dua tahap uji klinis sebelumnya yang fokus pada keselamatan peserta. Tahap ketiga yang akan dilakukan saat ini menitikberatkan pada efektivitas vaksin dalam mencegah penularan TBC.
“Semua tahapan uji klinis diawasi oleh badan independen nasional dan internasional yang memastikan risiko dapat terdeteksi dan dikelola dengan baik,” ujar Donnie.
BACA JUGA: Didikan Militer pada Anak ‘Nakal’ Berisiko Ganggu Kesehatan Mental
Hal senada juga disampaikan oleh Fedik Abdul Rantam, pakar Imunologi dan Virologi Universitas Airlangga (UNAIR). Ia mengatakan bahwa vaksin TBC M72 relatif aman lantaran sudah melewati dua tahap uji klinis sebelumnya.
“Vaksin ini berasal dari protein tertentu yang diambil dari dua macam bakteri penyebab TBC, yaitu Mycobacterium yang digabungkan. Tidak semua protein diambil untuk digunakan sebagai vaksin, hanya protein tertentu yang dapat menginduksi antibodi,” jelasnya, dikutip dari unair.ac.id.
Lebih lanjut, Fedik menjelaskan bahwa protein yang digunakan dalam vaksin ini berasal dari Mycobacterium tuberculosis dengan antigen MTB 32A dan MTB 39A yang dikombinasikan dengan adjuvant untuk memperkuat respon imun tubuh terhadap infeksi TBC. Sehingga, memiliki efek samping yang relatif minim.
“Vaksin yang baik seharusnya tidak menimbulkan efek samping yang serius. Efek samping yang muncul biasanya ringan seperti pusing, mual, atau muntah dan terjadi dalam persentase kecil, sehingga dapat dianggap aman,” pungkasnya.
Editor: Bernadinus Adi Pramudita