Hermawan Kartajaya: Harmonisasi di Tengah Benturan Peradaban Baru

marketeers article
Hermawan Kartajaya. Dokumentasi Marketeers (2018)

Saat ini merupakan saat yang tepat untuk harmonisasi ASEAN dan integrasi Asia. Hal ini disampaikan oleh Hermawan Kartajaya, Founder & Chairman M Corp dalam The 8th ASEAN Marketing Summit yang digelar secara daring, Rabu (7/12/2022).

Hermawan menjumput pesan harmonisasi dari Piala Dunia 2022. Saat ini, masyarakat dunia sedang disatukan oleh tontonan akbar Piala Dunia. Menurut Hermawan, Piala Dunia bisa menjadi contoh proses harmonisasi tersebut dan Asia memainkan peranan penting. Salah satunya ditunjukkan oleh tim Jepang belakangan ini.

Meskipun tersingkir dari Piala Dunia setelah kalah dari Kroasia dalam babak 16 besar pada 5 Desember lalu, timnas Jepang menunjukkan respek. Hal ini diekspresikan oleh manajer tim Jepang Hajime Moriyasu dengan membungkukkan diri di depan para suporter. Hermawan melihat hal itu sebagai ekspresi Jepang yang mengedepankan respek dan harmonisasi. Tak hanya itu, usai pertandingan, para suporter Jepang membersihkan stadion dari sampah.  “Jepang menjadi contoh bagaimana spirit Asia diusung dan dunia pun mengaguminya,” kata Hermawan.

Selain itu, Hermawan memaparkan peta jalan strategi pemasaran global tahun 2030. Setelah melewati tahap pemulihan dari keterpurukan akibat pandemi COVID-19 pada periode tahun 2021-2022, menurutnya, dunia menghadapi fase politik pada periode tahun 2023-2025. Pada fase reformasi ini, dunia ditandai dengan fenomena benturan peradaban yang baru.

Hermawan Kartajaya
Strategic Marketing Roadmap 2030 oleh Hermawan Kartajaya

Lima tahun kemudian, tepatnya periode tahun 2026-2030, dunia akan memasuki fase kebangkitan budaya yang ditandai dengan tatanan dunia baru. Periode ini akan ditandai dengan tiga fenomena, yakni Sustainability Development Goals (SDGs), dominasi Gen Z, dan perkembangan metaverse.

Benturan Peradaban Baru

Terminologi benturan peradaban atau clash of civilization dipopulerkan oleh Samuel Huntington, ilmuwan politik Amerika Serikat. Teori ini merujuk pada konflik akibat identitas budaya dan agama di dunia pasca Perang Dingin. Huntington pertama kali memaparkan teori ini dalam pidatonya pada tahun 1992 di American Enterprise Institute sebagai tanggapan atas buku Francis Fukuyama berjudul The End of History and the Last Man (1992). Tesis Huntington ini kemudian dikembangkan dan dituangkan dalam buku The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order (1996).

“Pada tahun 1996, Huntington menyebut tiga peradaban besar, yakni Barat, Islam, dan China. Tragedi 11 September menjadi puncak dari benturan peradaban baru tersebut,” katanya.

Seiring dengan perkembangan zaman, peradaban pun mengalami pergeseran. Fenomena Piala Dunia 2022 menjadi contoh bagaimana Islam yang diwakili Qatar sudah semakin harmonis dengan Barat.

“Saya memprediksi bahwa Islam akan semakin peaceful di mana Saudi Arabia akan memimpin, Indonesia tetap moderat, dan Iran mulai mempertimbangkan kebijakan baru. Sementara, benturan peradaban baru akan terjadi antara Barat, dalam hal ini Amerika Serikat yang disimbolkan dengan elang dengan China yang dipimpin oleh Xi Jinpin dan saya simbolkan dengan naga. Benturan ini bukan lagi soal perang dingin. Ketiganya membentuk apa yang saya namakan post world order. Di sini, Asia dan ASEAN memainkan peranan penting untuk harmonisasi dan integrasi,” pungkas Hermawan.

Related