Merapikan rumah dengan gaya minimalis mungkin terdengar sederhana. Namun, kenyataannya, banyak orang justru melakukan kesalahan yang membuat rumah tetap terasa berantakan dan jauh dari kesan simpel yang diinginkan.
Dilansir dari Homes and Gardens, berikut tujuh kesalahan yang sering dilakukan saat merapikan rumah minimalis agar rumah minimalis benar-benar terasa lapang, fungsional, dan nyaman:
BACA JUGA: Daftar Pemeran Drama Spring of Youth, Bertabur Bintang K-Pop!
Merapikan dengan Terburu-buru
Banyak orang tergoda untuk langsung membuang banyak barang sekaligus dengan harapan rumah akan langsung rapi. Namun, menurut desainer interior Rachel Blindauer, cara ini justru bisa merugikan.
“Minimalisme bukan soal mengurangi segalanya, tapi menyisakan apa yang paling bermakna,” jelasnya.
Alih-alih membuang tanpa berpikir, rapikan berdasarkan kategori dan pertimbangkan tiga hal: apakah barang itu berguna, memberi kebahagiaan, atau punya nilai estetika. Dengan begitu, rumah Anda tetap mencerminkan kepribadian tanpa terasa hampa.
Masih Sering Berbelanja
Kesalahan umum lainnya adalah terus membeli barang baru tanpa mempertimbangkan ruang penyimpanan. Renee Green Tate, pakar pengorganisasian rumah, menyarankan untuk hanya menggunakan satu barang favorit dari tiap kategori, lalu menyimpan sisanya dalam kotak cadangan yang bisa “dibuka kembali” saat barang utama habis.
Kebiasaan ini tidak hanya membuat rumah tetap rapi, tapi juga membantu mengurangi konsumsi berlebihan dan lebih ramah lingkungan.
Merapikan Terlalu Banyak dalam Waktu Singkat
Merapikan seluruh rumah dalam sehari terdengar ideal, tapi kenyataannya bisa membuat lelah dan stres. Shantae Duckworth, organizer profesional, menyarankan untuk mulai dari satu laci atau rak kecil terlebih dahulu. Dengan cara ini, Anda tetap semangat tanpa merasa kewalahan.
BACA JUGA: Minimalis Enggan Beli 10 Barang Ini demi Hidup Lebih Sederhana
Mengira Kosong = Rapi
Tidak semua ruang kosong berarti rapi. Rachel mengingatkan bahwa rumah yang terlalu polos justru bisa terasa dingin dan tanpa karakter. Minimalisme sejati adalah soal “mengedit” ruang, bukan menghapus semua yang ada.
Untuk itu, biarkan beberapa barang bermakna tetap ada agar rumah tetap terasa hidup dan personal. Sebagai contoh, mangkuk antik atau buku favorit.
Tak Punya ‘Tujuan’ yang Jelas
Sebelum memulai proses decluttering, penting untuk memahami alasan di balik keinginan Anda menjalani gaya hidup minimalis. Apakah demi ketenangan pikiran, menghemat waktu, atau agar rumah lebih mudah dibersihkan?
Dengan memahami “why” Anda, proses merapikan rumah akan lebih terarah dan sesuai dengan gaya hidup yang Anda inginkan, bukan sekadar ikut tren.
Menyimpan Barang dengan Berandai-andai
Pola pikir “siapa tahu nanti butuh” bisa membuat Anda menimbun barang yang sebenarnya tidak diperlukan. Veronica Hanson, pelatih gaya hidup minimalis, menyarankan untuk menerapkan aturan 20/20.
Aturan itu berarti jika barang tersebut bisa digantikan dengan harga di bawah Rp 200.000 dan dalam waktu kurang dari 20 menit, sebaiknya disingkirkan. Hal ini membantu mengurangi isi laci dan kotak yang tak terpakai, serta membuat rumah lebih fungsional.
Menyembunyikan Area yang Berantakan
Memindahkan barang ke gudang atau garasi agar tidak terlihat bukan solusi jangka panjang. Menurut Jeremy Yamaguchi, CEO Cabana, ini hanya menciptakan ilusi minimalisme.
Untuk memastikan rumah benar-benar rapi, coba ambil semua barang dari tempat penyimpanan dan lihat kembali satu per satu. Anda mungkin akan terkejut dengan banyaknya barang tak berguna yang tersimpan selama ini.
Editor: Bernadinus Adi Pramudita